Siapa yang tak kenal dengan the Beatles ? Band tersebut adalah band revolusioner di era 60-an yang mengubah persepsi kita dengan musik rock dijamannya. Dahulu hingga sekarang, mungkin banyak band yang ingin the Beatles menjadi inspirasi banyak band di dunia. Sayangnya, pasar musik yang ketat membuat banyak band yang menjadikan the Beatles inspirasi tidak berhasil mencapai kesuksesannya.
Mungkin saat ini, sedikit band yang ingin the Beatles menjadi inspirasinya bisa sukses di tengah maraknya musik yang ketat persaingannya. Salah satunya OASIS. Oasis sendiri sejak awal berdiri memiliki komitmen bahwa the Beatles menjadi band inspirasi mereka dalam bermusik. Oasis sendiri dibentuk pada tahun 1991 dengan nama "The Rain". Formasinya yaitu Liam Gallagher sebagai vokalis, Paul "Bonehead" Arthurs sebagai gitaris, Paul "Guigsy" McGuigan sebagai bassis, dan Tony McCarroll sebagai drummer. Tak lama setelah band ini berdiri, akhirnya mereka mengubah nama bandnya menjadi Oasis. Setelah itu, Noel Gallagher yang kebetulan kakak dari Liam ingin bergabung dengan Oasis, namun dengan syarat bahwa Noel harus menjadi ketua dari band ini. Akhirnya Noel setuju dan bergabung di posisi gitaris dan vokalis.
Pada tahun 1993, Oasis memberikan demo mereka ke label "Creation Records". Akhirnya "Creation Records" yang pemiliknya adalah Alan McGee setuju untuk memberi kontrak pada Oasis. Desember 1993, Oasis memulai proses rekaman album pertamanya. Akhirnya album pertama mereka, "Definitely Maybe" keluar di tahun 1994. Album ini mendapat respon positif dari pendengarnya. Aransemennya sendiri bisa dibilang apa adanya sebagai band alternative rock dan britpop dijamannya. Satu hal yang cukup menarik di album ini adalah lagu "Live Forever" adalah lagu curahan hati mereka tentang kematian para musisi - musisi legendaris yang mengenaskan. Judul lagu tersebut menjadi sebutan para fans Oasis bahwa band ini tetap selamanya ada di hati para pendengarnya.
Tahun 1995, adalah masa kejayaan Oasis menjadi sebuah persaingan. Di kala itu, juga ada band Blur yang mengeluarkan karya terbarunya, "The Great Escape". Oasis pun juga mengeluarkan album kedua "(What's the Story) Morning Glory ?" sebagai jurusnya. Salah satu single Oasis, "Roll with It" pun diadu dengan single Blur, "Country House". Hasilnya memang single Oasis kalah, namun dalam hal penjualan album Oasis masih cukup laku. Aransemen nya sendiri di album kedua Oasis tidak jauh berbeda dari album pertama namun dengan lagu - lagu yang bisa dibilang cukup melegenda hingga saat ini. "(What's the Story) Morning Glory ?" menjadi album terbaik Oasis yang pernah dibuat dan single - single nya melegenda hingga saat ini. Album ini sekaligus menjadi album yang memperkenalkan personel baru mereka, Alan White sebagai drummer karena Tony McCarroll keluar dari band ini setelah single "Some Might Say" yang juga ada di album ini dirilis.
Seiring britpop mulai melebur, Oasis berusaha menyajikan hal serupa. Tahun 1997, adalah pembuktian bahwa Oasis masih bisa menjadi britpop sesungguhnya dengan album "Be Here Now". Sayangnya hal itu tidak terjadi. "Be Here Now" memiliki aransemen musik yang berbeda dari 2 album sebelumnya yang jauh dari kesan britpop namun dengan aransemen rock yang benar - benar berat. Jadi bisa dibilang "Be Here Now" adalah album Oasis yang memiliki aransemen musik terberat yang pernah dibuat.
Tahun 1998, Oasis meluncurkan "The Masterplan" yang berisi 14 lagu dari b-sides beberapa single Oasis dari album "Definitely Maybe" hingga "Be Here Now". Tahun 1999 menjadi tahun yang cukup sulit untuk Oasis bisa mengeluarkan karya baru lagi. Karena beberapa masalah internal menimpa di band ini. Pertama adalah masalah penutupan label "Creation Records" yang membuat Oasis harus berpikir - pikir untuk mencari label baru lagi. Kedua adalah masalah anggota band. "Bonehead" memutuskan keluar dari band ini karena alasan ingin lebih menghabiskan waktu bersama keluarga. Tak lama kemudian, "Guigsy" juga memilih keluar karena ingin mencoba sesuatu yang baru. Akhirnya, masalah - masalah tersebut dapat terselesaikan dengan Noel membuat label sendiri, "Big Brother".
Akhirnya tak lama setelah labelnya sendiri dibentuk, Oasis mulai mengerjakan album terbarunya dengan sisa 3 personel saja. Tak lama setelah album barunya selesai direkam, Gem Archer masuk menjadi personel Oasis untuk menggantikan "Bonehead" diposisi gitar. Tahun 2000, "Standing on the Shoulder of Giants" dirilis. Di album ini, Oasis bertransformasi total dari jati diri mereka sebelumnya yaitu Britpop lebih kearah psycedhelic dan perubahan ini terasa dibeberapa lagu mereka. Sayangnya perubahan ini justru menjadi bumerang bagi mereka. Penjualan album keempat tidak sebagus dan semulus ketiga album sebelumnya, bahkan bisa dibilang album inilah yang memiliki angka penjualan paling rendah dari semua album Oasis yang pernah ada. Album ini mengandalkan single "Go Let it Out", "Who Feels Love?", "Where Did It All Go Wrong", "Sunday Morning Call".
Tahun 2002 setelah Andy Bell bergabung menggantikan "Guigsy" diposisi bass di tahun 2001, album kelima Oasis "Heathen Chemistry" dirilis. Disini, Oasis benar - benar kembali menghidupkan nuansa indie rock yang kental di tiga album pertama mereka. Satu hal yang spesial dari album ini adalah Oasis benar - benar memproduseri album ini, serta untuk pertama kalinya semua personel Oasis terlibat untuk menciptakan lagu yang sebelumnya notabene Noel menjadi pencipta lagunya. Jadi bisa dibilang, "Heathen Chemistry" adalah album potensional Oasis sepanjang sejarah. Sayangnya, nasib album ini sama seperti sebelumnya. Meski dengan sedikit embel - embel mereka meproduserinya sendiri, namun ternyata itu tak cukup membuat album ini sukses besar.
Awal 2004, Oasis terpaksa kehilangan lagi personel mereka yaitu Alan White sebagai posisi drummer, padahal saat itu Oasis akan memulai proses pengerjaan untuk album keenamnya. Akhirnya beberapa bulan posisi drummer Oasis pun kosong. Sampai suatu hari, Zak Starkey drummer The Who yang juga merupakan anak dari drummer the Beatles, Ringo Starr masuk untuk menjadi drummer Oasis. Namun, Zak tidak menjadi anggota resmi dari band Oasis sehingga Oasis berformasi 4 orang. Tahun 2005, album "Don't Believe the Truth" dirilis. Aransemennya sendiri pun berubah. Di album ini, Oasis mengaransemen musiknya hampir sama dengan musik the Beatles meski ada campuran rock yang masih kental di album ini. "Don't Believe the Truth" mendapatkan kembali respon positif yang memang sudah jarang sejak album "Be Here Now".
Tahun 2007, Oasis meluncurkan single "Lord Don't Slow Me Down" yang juga bersamaan dengan peluncuran DVD dengan judul yang sama. Untuk DVD nya sendiri berisi dokumentasi tour mereka untuk album terbarunya "Don't Believe the Truth Tour". Pada tahun yang sama pula, Oasis memberi konfirmasi bahwa Zak Starkey akan kembali menjadi drummer untuk album selanjutnya.
Tahun 2008, Oasis meluncurkan karya terbaru sekaligus terakhirnya "Dig Out Your Soul". Zak sendiri hanya mengisi posisi drummer untuk 10 lagu dari 11 lagu. 1 lagunya diisi oleh Noel Gallagher menjadi drummer, hal itu menurut saya hal yang kurang wajar. Namun aransemen di album ini saya rasa hampir sama dengan album "Standing on the Shoulder of Giants" yang kental akan musik "psycedhelic rock". Namun anehnya, nasib album ini tidak seperti "Standing on the Shoulder of Giants" yang memiliki aransemen hampir mirip, bahkan beberapa kritikus bilang bahwa album ini adalah salah satu album Oasis terbaik yang pernah dibuat.
Tahun 2009, merupakan akhir bagi Oasis. 28 Agustus 2009, mereka akan memulai konser tournya di Prancis. Namun sebelum konser dimulai, Liam dan Noel terlibat konflik internal yang berujung Liam menghancurkan gitar Noel. Akhirnya konser pun di batalkan. Beberapa menit setelah konflik tersebut, Noel memberi pernyataan pada fans nya bahwa dirinya keluar dari Oasis. Pernyataan tersebut ditampilkan di situs resmi Oasis dalam kurun waktu 2 jam setelah pemberitahuan resmi.
Tahun 2010, Oasis merilis album kompilasi terbaiknya "Time Flies... 1994-2009" yang berisikan lagu - lagu terbaik Oasis sepanjang kariernya. Hal tersebut merupakan inisiatif dari Noel sendiri yang dirinya diminta banyak penggemar untuk merilis album kompilasi terbaik.
Saat ini, seluruh anggota Oasis tersisa melanjutkan kariernya lewat grup musik Beady Eye yang saat ini sudah bubar, dan Noel Gallagher sendiri sibuk dengan proyek solonya. Bahkan album kedua solo Noel sendiri akan dirilis awal Maret nanti.
Saat ini, Oasis sibuk dengan merilis 3 album awal Oasis berbentuk deluxe edition. 2 album awal Oasis sudah dirilis dalam bentuk deluxe edition dan album "Be Here Now" deluxe edition rencananya akan dirilis 2015.
Jumat, 20 Februari 2015
Suede
Mungkin band ini menjadi band britpop yang berbeda dan aneh yang pernah saya dengar. SUEDE. Band ini mungkin agak asing didengar ditelinga, namun bagi orang yang hidup di jamannya mungkin sudah tahu band satu ini dengan ciri musik yang keras dengan suara vokalis yang mungkin mirip dengan "cewek".
Suede dibentuk tahun 1989 di London, Inggris. Di Amerika sendiri band ini dikenal dengan "The London Suede". Band ini pada awal didirikannya digawangi oleh Brett Anderson sebagai vokalis, Justine Frischmann yang kebetulan saat itu masih menjadi pacar Brett Anderson sebagai gitaris, Bernard Butler sebagai gitaris, Mat Osman yang personel tertinggi sebagai bassis, dan Simon Gilbert sebagai drummer.
Tak lama setelah band ini di bentuk, tahun 1991 band ini memecat Justine Frischmann karena tidak datang di latihan band dengan menunjukkan foto mesra nya dengan pacar barunya, Damon Albarn yang tak lain adalah vokalis band britpop saingannya, Blur. Akhirnya Suede konsisten dengan 4 personel hingga album perdananya, "Suede" keluar di tahun 1993. Album ini mendapat respon positif dari para pendengarnya. Aransemennya sendiri kental akan suasana "glam rock" meski tidak sama persis dengan Bon Jovi. Mungkin ini adalah "glam-rock" terkalem yang pernah saya dengar.
Tahun 1994, album keduanya "Dog Man Star" keluar. Dan hal itu benar - benar mengubah persepsi pendengar, termasuk saya. Album ini benar - benar memiliki aransemen yang berbeda dari album pertama dan terkesan album ini sedikit "dark". Namun album ini benar - benar mencampur beberapa esensi, "glam rock", "slow", dan "orchestra". Jadi saya rasa, "Dog Man Star" bisa dibilang adalah album masterpiece Suede yang pernah dibuat.
Sayangnya, disaat rekaman album "Dog Man Star" hampir selesai, Bernard Butler sebagai gitaris keluar dari Suede setelah bersitegang dengan Brett Anderson. Jadi kita akan mendengar beberapa lagu di album "Dog Man Star" dengan gitar yang tidak segarang Butler main gitarnya. Beberapa hari sebelum "Dog Man Star" dirilis, Suede mendapatkan pengganti Butler yaitu Richard Oakes yang menjadi anggota termuda di Suede hingga saat ini. Jadi, dibeberapa video klip single "Dog Man Star" kita akan melihat Oakes bermain di posisi gitar.
Awal 1996, Suede menerima 1 anggota baru lagi bernama Neil Codling untuk mengisi posisi keyboard dan gitar. Neil Codling sendiri merupakan adik dari drummer Suede, Simon Gilbert. Setelah itu, Suede langsung memulai rekaman untuk album ketiganya. Dengan formasi 5 orang, "Coming Up" keluar dengan aransemen yang berbeda dari album sebelumnya dan terkesan hampir sama dengan album perdananya. Mungkin album "Coming Up" adalah album Suede yang paling saya suka & yang terbaik Suede dengan genre britpopnya.
Tahun 1997, Suede meluncurkan album kompilasi b-sides bernama "Sci-Fi Lullabies" dari beberapa single - single sebelumnya. Dan album ini mendapat respon positif dari pendengarnya.
Seiring jaman britpop sudah mulai melebur, Suede mulai berani tampil beda. Itu terbukti di tahun 1999, Suede meluncurkan album "Head Music". Di album ini pula, produsernya pun berganti. Kalau 3 album sebelumnya produsernya adalah Ed Buller, album ini salah satu produsernya adalah Flood yang juga pernah menjadi produser album U2, "Pop". Maka dengan gantinya produser, aransemennya pun berubah. Kalau 3 album awalnya mereka kental dengan rock, maka album ini kental akan unsur electro meski beberapa lagunya masih kental dengan britpop. Namun, Suede sendiri bilang bahwa "Head Music" adalah album yang memiliki proses rekaman yang cukup sulit. Karena vokalisnya sendiri sudah terjerumus dengan narkoba kokain dan Neil Codling sendiri didiagnosa penyakit kelelahan yang cukup serius.
Tahun 2001, Codling memutuskan untuk keluar dari band ini, karena alasan kesehatan yang cukup serius sejak rekaman album "Head Music". Akhirnya proses album kelima sempat tersendat, hingga mereka mendapatkan penggantinya yaitu Alex Lee sebagai gitaris. Album kelima Suede, "A New Morning" dirilis tahun 2002. Album ini bisa dibilang sebagai album dengan proses rekaman terpanjang dari semua album Suede yang ada, yaitu dari tahun 2000 hingga 2002. Album ini pun kembali menggantikan produsernya, yaitu Stephen Street yang tak lain adalah produser untuk 5 album Blur. Aransemennya sendiri benar - benar berbeda dari album Suede sebelumnya yang jauh lebih kalem. Jadi saya bilang, bahwa album "A New Morning" adalah album terkalem dari Suede.
Suede sempat mengguncang Indonesia pada Januari 2003 untuk promosi album kelima mereka. Bulan Oktober 2003, mereka mengeluarkan album kompilasi mereka, "Singles" dengan tambahan 2 lagu baru yaitu "Attitude" dan "Love the Way You Love". Namun pada tanggal 5 November 2003, Brett Anderson memberi keputusan bahwa Suede tidak dapat melanjutkan lagi rekaman hingga waktu yang tidak ditentukan.
7 tahun Suede bubar, dan secara mengejutkan pada tahun 2010, Suede kembali dibentuk. Formasi nya pun kembali orisinil dari album "Coming Up" dengan penampilan yang sudah berbeda dari Suede dahulunya. Brett sendiri sudah "jaim" (jaga image) dan Oakes sendiri rambut dahulunya "gondrong", sekarang terlihat lebih rapi. Kembalinya Suede di dunia musik ditandai dengan konser mereka untuk penggalangan dana di Royal Albert Hall. Tahun 2011, Suede kembali meluncurkan ulang 5 album awal mereka dengan beberapa tambahan lagu dan b-sides, serta video khusus proses pengerjaan kelima album Suede.
Tahun 2013, Suede benar - benar "back to the game" dengan peluncuran single "Barriers" yang pada akhirnya ada di album keenam mereka "Bloodsports". Album ini, Suede benar - benar kembali ke jati diri mereka sebagai band rock. "Bloodsports" sendiri menggabungkan beberapa esensi terbaik dari 2 album Suede "Dog Man Star" dan "Coming Up". Album ini secara otomatis kembali mendapat respon positif dari para pendengarnya.
Di tahun 2015, Suede mengeluarkan sebuah trailer dari sebuah film "Night Thoughts" yang ternyata itu adalah nama album untuk album ketujuhnya. Dan film tersebut ditayangkan di London pada bulan November 2015, dan film ini dijadikan salah satu strategi pasar untuk memasarkan album ini meski tidak luas, serta background video untuk tur album mereka kedepannya.
Di tahun 2016, akhirnya Suede mengeluarkan album ketujuhnya, "Night Thoughts". Di album ini, Suede mencoba untuk memasukkan film nya di DVD yang sebenarnya bukanlah hal baru karena band U2 juga pernah merilis film seperti ini berjudul "Linear" untuk album "No Line on the Horizon" di tahun 2009. Suede di album ini kembali melakukan hal yang bisa dibilang benar-benar diluar dugaan saya ketimbang album sebelumnya. Bisa dibilang album ini adalah adik dari "Dog Man Star" karena secara aransemen hampir mirip seperti album tersebut. Dan bisa dibilang album ini dengan perpaduan film yang sudah saya lihat trailer nya dan itu luar biasa filmnya, maka saya sulit untuk bisa mencela album ini, karena secara keseluruhan album tersebut menjadi salah satu album "masterpiece" Suede yang pernah dibuatnya.
Sekian dari info Suede ini, mudah - mudahan bisa tahu sejarah tentang band eksentrik asal Inggris ini. Thanks & Cheers.....
Suede dibentuk tahun 1989 di London, Inggris. Di Amerika sendiri band ini dikenal dengan "The London Suede". Band ini pada awal didirikannya digawangi oleh Brett Anderson sebagai vokalis, Justine Frischmann yang kebetulan saat itu masih menjadi pacar Brett Anderson sebagai gitaris, Bernard Butler sebagai gitaris, Mat Osman yang personel tertinggi sebagai bassis, dan Simon Gilbert sebagai drummer.
formasi awal Suede (foto 1994) |
Tahun 1994, album keduanya "Dog Man Star" keluar. Dan hal itu benar - benar mengubah persepsi pendengar, termasuk saya. Album ini benar - benar memiliki aransemen yang berbeda dari album pertama dan terkesan album ini sedikit "dark". Namun album ini benar - benar mencampur beberapa esensi, "glam rock", "slow", dan "orchestra". Jadi saya rasa, "Dog Man Star" bisa dibilang adalah album masterpiece Suede yang pernah dibuat.
Sayangnya, disaat rekaman album "Dog Man Star" hampir selesai, Bernard Butler sebagai gitaris keluar dari Suede setelah bersitegang dengan Brett Anderson. Jadi kita akan mendengar beberapa lagu di album "Dog Man Star" dengan gitar yang tidak segarang Butler main gitarnya. Beberapa hari sebelum "Dog Man Star" dirilis, Suede mendapatkan pengganti Butler yaitu Richard Oakes yang menjadi anggota termuda di Suede hingga saat ini. Jadi, dibeberapa video klip single "Dog Man Star" kita akan melihat Oakes bermain di posisi gitar.
formasi Suede setelah Oakes dan Codling bergabung |
Tahun 1997, Suede meluncurkan album kompilasi b-sides bernama "Sci-Fi Lullabies" dari beberapa single - single sebelumnya. Dan album ini mendapat respon positif dari pendengarnya.
Seiring jaman britpop sudah mulai melebur, Suede mulai berani tampil beda. Itu terbukti di tahun 1999, Suede meluncurkan album "Head Music". Di album ini pula, produsernya pun berganti. Kalau 3 album sebelumnya produsernya adalah Ed Buller, album ini salah satu produsernya adalah Flood yang juga pernah menjadi produser album U2, "Pop". Maka dengan gantinya produser, aransemennya pun berubah. Kalau 3 album awalnya mereka kental dengan rock, maka album ini kental akan unsur electro meski beberapa lagunya masih kental dengan britpop. Namun, Suede sendiri bilang bahwa "Head Music" adalah album yang memiliki proses rekaman yang cukup sulit. Karena vokalisnya sendiri sudah terjerumus dengan narkoba kokain dan Neil Codling sendiri didiagnosa penyakit kelelahan yang cukup serius.
Tahun 2001, Codling memutuskan untuk keluar dari band ini, karena alasan kesehatan yang cukup serius sejak rekaman album "Head Music". Akhirnya proses album kelima sempat tersendat, hingga mereka mendapatkan penggantinya yaitu Alex Lee sebagai gitaris. Album kelima Suede, "A New Morning" dirilis tahun 2002. Album ini bisa dibilang sebagai album dengan proses rekaman terpanjang dari semua album Suede yang ada, yaitu dari tahun 2000 hingga 2002. Album ini pun kembali menggantikan produsernya, yaitu Stephen Street yang tak lain adalah produser untuk 5 album Blur. Aransemennya sendiri benar - benar berbeda dari album Suede sebelumnya yang jauh lebih kalem. Jadi saya bilang, bahwa album "A New Morning" adalah album terkalem dari Suede.
formasi Suede tahun 2002 |
Suede tahun 2010 |
Tahun 2013, Suede benar - benar "back to the game" dengan peluncuran single "Barriers" yang pada akhirnya ada di album keenam mereka "Bloodsports". Album ini, Suede benar - benar kembali ke jati diri mereka sebagai band rock. "Bloodsports" sendiri menggabungkan beberapa esensi terbaik dari 2 album Suede "Dog Man Star" dan "Coming Up". Album ini secara otomatis kembali mendapat respon positif dari para pendengarnya.
Di tahun 2015, Suede mengeluarkan sebuah trailer dari sebuah film "Night Thoughts" yang ternyata itu adalah nama album untuk album ketujuhnya. Dan film tersebut ditayangkan di London pada bulan November 2015, dan film ini dijadikan salah satu strategi pasar untuk memasarkan album ini meski tidak luas, serta background video untuk tur album mereka kedepannya.
Di tahun 2016, akhirnya Suede mengeluarkan album ketujuhnya, "Night Thoughts". Di album ini, Suede mencoba untuk memasukkan film nya di DVD yang sebenarnya bukanlah hal baru karena band U2 juga pernah merilis film seperti ini berjudul "Linear" untuk album "No Line on the Horizon" di tahun 2009. Suede di album ini kembali melakukan hal yang bisa dibilang benar-benar diluar dugaan saya ketimbang album sebelumnya. Bisa dibilang album ini adalah adik dari "Dog Man Star" karena secara aransemen hampir mirip seperti album tersebut. Dan bisa dibilang album ini dengan perpaduan film yang sudah saya lihat trailer nya dan itu luar biasa filmnya, maka saya sulit untuk bisa mencela album ini, karena secara keseluruhan album tersebut menjadi salah satu album "masterpiece" Suede yang pernah dibuatnya.
Sekian dari info Suede ini, mudah - mudahan bisa tahu sejarah tentang band eksentrik asal Inggris ini. Thanks & Cheers.....
Radiohead
SUPER !!! Salah satu kata yang bisa memberi gambaran betapa hebatnya band ini. Dia adalah RADIOHEAD. Band ini menurut saya adalah band yang paling fenomenal dan paling "berani" di jamannya karena mereka menyuguhkan yang berbeda dibanding band lainnya. Pada awalnya, saya agak canggung mendengar nama Radiohead meski sudah cukup asing nama itu di telinga saya. Namun setelah saya mendengarkannya, rasanya luar biasa. Mungkin orang yang bisa mengerti musik Radiohead adalah orang yang benar - benar cerdas dalam mendengarkan musik, karena sebagian besar lagu mereka kita harus berpikir keras untuk bisa bilang bahwa musik Radiohead luar biasa.
Radiohead sendiri dibentuk pada tahun 1985 di Oxfordshire, Inggris dengan anggota Thom Yorke di posisi vokalis, duo Greenwood bersaudara Jonny Greenwood di posisi gitaris dan Colin Greenwood di posisi bassis, Ed O'Brien di posisi gitaris dan Philip Selway di posisi drummer. Formasi tersebut masih solid hingga saat ini.
Di awal kemunculannya, mereka bisa dibilang kurang sukses dengan single "Creep" yang bisa dibilang salah satu single Radiohead yang paling diingat banyak orang hingga saat ini, hingga suatu hari album perdana mereka "Pablo Honey" dirilis pada tahun 1993, seketika semuanya berubah. Band ini langsung dikenal banyak orang bahkan single "Creep" yang pada saat pertama muncul bukan apa-apa, tiba-tiba langsung melonjak dan dikenal hingga saat ini. "Pablo Honey" sendiri dalam hal komposisi musik memang dibilang ala-kadarnya sebagai band alternative rock, namun yang istimewa dari album ini adalah adanya unsur grunge dan aransemen grunge nya hampir mendekati dengan Nirvana yang pada saat itu juga dalam masa emasnya. Dan pada saat itu, Radiohead dikenal sebagai "Nirvana versi Inggris".
Setelah Nirvana bubar, Radiohead berinisiatif untuk tidak melanjutkan genre grunge mereka yang kental di album pertama. Album kedua Radiohead, "The Bends" yang dirilis pada tahun 1995, benar - benar Radiohead tampil apa adanya sebagai band alternative rock. Namun album ini tetap mendapat respon positif dari banyak pendengar musik, bahkan bisa dibilang "The Bends" benar - benar mengulang kesuksesan mereka dari album "Pablo Honey". Bisa dilihat dalam lagu "Planet Telex", "Bones", "The Bends" dan "Sulk" benar - benar Radiohead menyajikan apa adanya sebagai band rock alternative tanpa muluk - muluk menampilkan musik grunge lagi.
Tahun 1997, adalah masa emas Radiohead berjaya. Kali ini Radiohead benar - benar tampil berbeda sebagai band rock alternative di jaman itu. Hal tersebut terbukti dengan keluarnya album ketiga mereka "OK Computer" langsung dengan cepat mendapat respon positif dari banyak pendengar bahkan mengalahkan dua album mereka sebelumnya. Dalam album ini, Radiohead kental dengan unsur genre "experimental rock" yang pada saat itu hampir jarang ada band yang berani memakai genre yang hitungannya cukup kompleks. "OK Computer" adalah salah satu album Radiohead paling bersejarah dan selalu diperbicarakan jika terkait dengan album manapun yang terbaik.
Mengikuti kesuksesan "OK Computer", para pendengar tampaknya sudah tidak sabar menunggu kelanjutan cerita sukses dari Radiohead. Ini memang hal yang wajar, karena para pendengar jika sudah mendengarkan 1 kali dan itu memang luar biasa sudah di pastikan para pendengar akan selalu menunggu kejutan lain dari satu band itu sendiri (dalam kasus ini yang dimaksudkan Radiohead). Dan itu tidak terjadi dengan Radiohead, album keempat mereka yang bertitle "Kid A" benar - benar berbeda dari "OK Computer". Di album ini, para pendengar akan sedikit disuguhkan dengan genre jazz dan electro, meski di beberapa lagu ada aransemen ala "OK Computer" yang masih terasa. Namun mereka meminimalisir sound dari gitar. Dalam hal suguhan genre baru mereka, itu terbukti dari lagu "Idioteque" yang benar - benar menyuguhkan unsur electro. Dari semua album Radiohead yang pernah dirilis, saya rasa Kid A adalah album yang asyik untuk didengar, meski hingga saat ini tidak ada single official yang mereka rilis.
Pada tahun 2001, Radiohead kembali dengan "Amnesiac" sebagai album kelima mereka. Lagu - lagu yang ada di album "Amnesiac" sendiri direkam bersamaan dengan album "Kid A", jadi wajar kalau ada aransemen yang hampir sama dengan "Kid A" meski di album ini mereka mengaransemen dengan sedikit "halus" dan tidak terasa garang. Album "Amnesiac" sendiri saya bilang adalah "adik" dari "Kid A". Ini memang hal yang tidak wajar karena sebuah band memiliki jurus dalam pemasaran dengan 2 album sekaligus. Dan itu BERHASIL.
Tahun 2003, mereka kembali dengan "Hail to the Thief" sebagai album keenamnya. Mengulang kesuksesan "Amnesiac", mereka kembali dengan jati diri mereka sebagai band "eksperimental". Dan album ini benar - benar tidak adanya unsur jazz dan electro. Namun album ini dalam hal aransemen, sangat berbeda dari "OK Computer". Aransemen di album ini lebih "ceria" meski tidak meninggalkan unsur experimental yang menjadi hal utama di album ini.
Vakum 4 tahun membuat Radiohead "gatel" untuk mengeluarkan lagi album baru. "In Rainbows" yang dirilis tahun 2007 menjadi jawaban bagi para pendengar. Di album ini, Radiohead kembali menampilkan ala-kadarnya sebagai band experimental. Bahkan, aransemen musiknya sama dengan album "Hail to the Thief". Namun album ini saya nobatkan sebagai album yang cukup enak untuk di dengar.
Tahun 2011, menjadi momentum tepat untuk Radiohead mengeluarkan album kedelapan sekaligus terakhir hingga saat ini. "The King of the Limbs" menjadi jawaban kalau Radiohead belum kering ide. Album ini memiliki aransemen yang bisa dibilang sama dengan album "Amnesiac", meski masih adanya unsur dari album sebelumnya.
Mungkin ini yang bisa saya kasih tahu tentang Radiohead, semoga bisa menjadi info untuk cari tahu tentang Radiohead. Thanks & Cheers......
Radiohead sendiri dibentuk pada tahun 1985 di Oxfordshire, Inggris dengan anggota Thom Yorke di posisi vokalis, duo Greenwood bersaudara Jonny Greenwood di posisi gitaris dan Colin Greenwood di posisi bassis, Ed O'Brien di posisi gitaris dan Philip Selway di posisi drummer. Formasi tersebut masih solid hingga saat ini.
logo official Radiohead |
Setelah Nirvana bubar, Radiohead berinisiatif untuk tidak melanjutkan genre grunge mereka yang kental di album pertama. Album kedua Radiohead, "The Bends" yang dirilis pada tahun 1995, benar - benar Radiohead tampil apa adanya sebagai band alternative rock. Namun album ini tetap mendapat respon positif dari banyak pendengar musik, bahkan bisa dibilang "The Bends" benar - benar mengulang kesuksesan mereka dari album "Pablo Honey". Bisa dilihat dalam lagu "Planet Telex", "Bones", "The Bends" dan "Sulk" benar - benar Radiohead menyajikan apa adanya sebagai band rock alternative tanpa muluk - muluk menampilkan musik grunge lagi.
Tahun 1997, adalah masa emas Radiohead berjaya. Kali ini Radiohead benar - benar tampil berbeda sebagai band rock alternative di jaman itu. Hal tersebut terbukti dengan keluarnya album ketiga mereka "OK Computer" langsung dengan cepat mendapat respon positif dari banyak pendengar bahkan mengalahkan dua album mereka sebelumnya. Dalam album ini, Radiohead kental dengan unsur genre "experimental rock" yang pada saat itu hampir jarang ada band yang berani memakai genre yang hitungannya cukup kompleks. "OK Computer" adalah salah satu album Radiohead paling bersejarah dan selalu diperbicarakan jika terkait dengan album manapun yang terbaik.
Mengikuti kesuksesan "OK Computer", para pendengar tampaknya sudah tidak sabar menunggu kelanjutan cerita sukses dari Radiohead. Ini memang hal yang wajar, karena para pendengar jika sudah mendengarkan 1 kali dan itu memang luar biasa sudah di pastikan para pendengar akan selalu menunggu kejutan lain dari satu band itu sendiri (dalam kasus ini yang dimaksudkan Radiohead). Dan itu tidak terjadi dengan Radiohead, album keempat mereka yang bertitle "Kid A" benar - benar berbeda dari "OK Computer". Di album ini, para pendengar akan sedikit disuguhkan dengan genre jazz dan electro, meski di beberapa lagu ada aransemen ala "OK Computer" yang masih terasa. Namun mereka meminimalisir sound dari gitar. Dalam hal suguhan genre baru mereka, itu terbukti dari lagu "Idioteque" yang benar - benar menyuguhkan unsur electro. Dari semua album Radiohead yang pernah dirilis, saya rasa Kid A adalah album yang asyik untuk didengar, meski hingga saat ini tidak ada single official yang mereka rilis.
Pada tahun 2001, Radiohead kembali dengan "Amnesiac" sebagai album kelima mereka. Lagu - lagu yang ada di album "Amnesiac" sendiri direkam bersamaan dengan album "Kid A", jadi wajar kalau ada aransemen yang hampir sama dengan "Kid A" meski di album ini mereka mengaransemen dengan sedikit "halus" dan tidak terasa garang. Album "Amnesiac" sendiri saya bilang adalah "adik" dari "Kid A". Ini memang hal yang tidak wajar karena sebuah band memiliki jurus dalam pemasaran dengan 2 album sekaligus. Dan itu BERHASIL.
Tahun 2003, mereka kembali dengan "Hail to the Thief" sebagai album keenamnya. Mengulang kesuksesan "Amnesiac", mereka kembali dengan jati diri mereka sebagai band "eksperimental". Dan album ini benar - benar tidak adanya unsur jazz dan electro. Namun album ini dalam hal aransemen, sangat berbeda dari "OK Computer". Aransemen di album ini lebih "ceria" meski tidak meninggalkan unsur experimental yang menjadi hal utama di album ini.
Vakum 4 tahun membuat Radiohead "gatel" untuk mengeluarkan lagi album baru. "In Rainbows" yang dirilis tahun 2007 menjadi jawaban bagi para pendengar. Di album ini, Radiohead kembali menampilkan ala-kadarnya sebagai band experimental. Bahkan, aransemen musiknya sama dengan album "Hail to the Thief". Namun album ini saya nobatkan sebagai album yang cukup enak untuk di dengar.
Tahun 2011, menjadi momentum tepat untuk Radiohead mengeluarkan album kedelapan sekaligus terakhir hingga saat ini. "The King of the Limbs" menjadi jawaban kalau Radiohead belum kering ide. Album ini memiliki aransemen yang bisa dibilang sama dengan album "Amnesiac", meski masih adanya unsur dari album sebelumnya.
Mungkin ini yang bisa saya kasih tahu tentang Radiohead, semoga bisa menjadi info untuk cari tahu tentang Radiohead. Thanks & Cheers......
Rabu, 18 Februari 2015
Linkin Park
Linkin Park mungkin bisa dibilang menjadi salah satu band pamungkas yang sukses dengan aliran Nu-Metal di era 2000-an. Namun mereka saat ini memiliki rival yang kebetulan memiliki genre yang sama, yaitu Limp Bizkit yang memulai kariernya terlebih dahulu ketimbang Linkin Park.
Linkin Park sendiri dibentuk pada tahun 1996 (pada saat itu bandnya masih bernama Xero) dengan formasi Mark Wakefield sebagai vokalis, Mike Shinoda sebagai rapper dan gitaris, Brad Delson sebagai gitaris, Dave "Phoenix" Farrel sebagai bassis, dan Rob Bourdon sebagai drummer. Namun pada tahun 1998, Dave memutuskan untuk keluar dari Xero (pada saat itu) karena ingin kembali dengan band lamanya, Tasty Snax.
Kemudian pada tahun yang sama pula, band ini mengubah namanya dari Xero menjadi Hybrid Theory, alasannya karena Xero sendiri sudah dipakai oleh band lain. Pada tahun 1999, Mark Wakefield memilih untuk keluar dari band karena ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Dan akhirnya posisi Mark diisi oleh Chester Bennington hingga saat ini dan namanya pun berubah menjadi Linkin Park. Linkin Park sendiri namanya diambil dari nama sebuah taman di Los Angeles, Lincoln Park. Dan pada tahun yang sama mereka mengeluarkan versi EP (Extended Play) dari Hybrid Theory, meski beberapa kali banyak perusahaan label menolak album ini. Joe Hahn sebagai DJ akhirnya pun bergabung dengan band ini.
Pada tahun 2000, adalah masa emas bagi Linkin Park karena untuk pertama kalinya mereka membuat album sendiri dengan nama Hybrid Theory. Dan album ini sukses di pasar berkat beberapa lagu mereka seperti "Papercut", "One Step Closer", "A Place for My Head", "In the End" yang meraih sukses lebih untuk album ini. Dan saya rasa, album Hybrid Theory ini bisa dibilang sebagai masa emas Linkin Park yang murni dengan aliran Nu-Metal, karena komposisi lagunya sendiri tidak main-main, memang liriknya tidak se-agresif Limp Bizkit namun musik Linkin Park di album ini terhitung ala-kadarnya sebagai band Nu-Metal.
Pada tahun 2001, Dave memutuskan untuk kembali ke Linkin Park. Dan pada tahun itu pula, Linkin Park memulai tur mereka untuk album pertama, Hybrid Theory tour. Pada saat mereka sedang melakukan tur, beberapa produser me-remix ulang lagu - lagu mereka di album Hybrid Theory dan akhirnya dirilis album bernama "Reanimation" pada tahun 2002.
Pada 2003, mereka muncul kembali dengan album kedua mereka "Meteora", dan bisa dibilang album ini adalah momentum Linkin Park dalam kesuksesan mereka sepanjang karier. Karena, beberapa lagu di album mereka seperti "Numb" dan "Somewhere I Belong" menjadi hits di beberapa negara termasuk Indonesia. Dan di album ini, mereka sedikit bermain dengan genre baru. Itu terbukti di lagu "Nobody's Listening", mereka mengusung genre electro. Dan saya rasa, album "Meteora" adalah album terbaik & tersukses sepanjang karier Linkin Park.
Pada 2004, mereka menggandeng rapper Jay-Z atas permintaan dari MTV. Collision Course adalah album kolaborasi Linkin Park dengan Jay-Z yang berisi lagu - lagu remix dari album "Hybrid Theory" dan "Meteora" serta dari album solo Jay-Z sendiri. Dan album ini mendapatkan penghargaan Grammy Award sebagai "Lagu Rap Terbaik" dan "Kolaborasi Terbaik".
Pada tahun 2007, mereka kembali meluncurkan album ketiga nya "Minutes to Midnight", disini mereka benar-benar bermain dengan genre electro mereka, meski beberapa lagu dari album ini masih kental dengan genre Nu-Metal. "Given Up" adalah salah satu lagu tersukses di album ini benar - benar menyajikan suasana yang berbeda dari lagu - lagu mereka sebelumnya. "Minutes to Midnight" mungkin menjadi salah satu album Linkin Park dimana mereka menyajikan yang berbeda dibandingkan 2 album mereka sebelumnya.
Kesuksesan mereka berlanjut hingga tahun 2010 mereka kembali dengan karya terbaru mereka "A Thousand Suns". Disini lah benar - benar momentum dimana Linkin Park sudah mulai berbeda dibandingkan 3 album sebelumnya. Di album ini, mereka benar - benar menyajikan lagu - lagu dengan genre electro rock dan tidak ada satupun lagu di album ini yang masih kental dengan genre Nu-Metal murni. Di album ini pula, Linkin Park bereksperimen lagunya dengan menyertakan suara pidato, salah satunya dari pidato "Marthin Luther King, Jr.". Saya rasa album ini adalah album Linkin Park yang sangat berbeda dari album terdahulu mereka, karena konsepnya benar - benar electro murni tanpa adanya "campuran" dari genre Nu-Metal.
Meski penjualannya tidak sebagus 3 album sebelumnya, tampaknya Linkin Park tidak mau menyerah. Pada tahun 2012, mereka merilis album kelima mereka "Living Things". Disini lah mereka masih konsisten dengan genre electro rock nya namun dengan menambah sedikit genre EDM (Electronic Dance Music). Di album ini, ada 1 lagu yang menurut saya yang masih agak sedikit nge-rock, yaitu "Victimized". Kalau anda perhatikan lagunya, masih kental adanya suara drum murni tanpa adanya suara dari drum mode hip-hop, begitupun gitarnya yang masih murni dengan gitar rekaman biasa tanpa adanya ubahan menjadi electro."Living Things" mungkin menjadi salah satu album electro Linkin Park terbaik yang saya pernah dengar.
Di tahun 2013, mereka meluncurkan album remix kedua mereka "Recharged". Di album ini, mereka menambahkan 1 lagu baru yaitu "A Light That Never Comes" yang berkolaborasi dengan Steve Aoki. Disini, Linkin Park me-remix 10 lagu dari "Living Things". Album ini benar - benar EDM murni dengan dub-step yang menghentak di setiap lagunya. Remix di "Recharged" ini sama sekali berbeda di bandingkan dengan "Reanimation" yang masih kentara dengan unsur electro rock nya.
Album keenam ini dirilis pada tahun 2014, berjudul "The Hunting Party". Disinilah mereka benar - benar kembali dengan genre rock mereka yang sudah lama menghilang sejak album "Minutes to Midnight". Album ini pun juga disambut meriah oleh penggemar Linkin Park sendiri, terutama mereka yang sudah "kangen" dengan genre rock murni dari Linkin Park. Di album ini, mereka benar - benar memakai genre rock modern dan aransemennya berbeda dengan album pertama mereka. Dan di album ini pula, 2 anggota Linkin Park (Mike Shinoda dan Brad Delson) benar - benar memproduseri nya sendiri tanpa adanya bantuan dari produser Rick Rubin yang sudah bersama sejak 3 album mereka sebelumnya, meski dalam bagian mixing masih tetap konsisten dengan Andy Wallace sejak awal mereka berkarier
. Di album ini, mereka menggandeng banyak musisi - musisi terkenal, seperti rapper legendaris, Rakim, Tom Morello, dan Daron Malakian. "The Hunting Party" benar - benar saya bilang sebagai "Better Back".
Di 2017, Linkin Park akhirnya kembali dengan album terbaru mereka berjudul "One More Light" dengan mengandalkan single "Heavy" yang berkolaborasi dengan penyanyi pendatang baru, Kiiara. Album ini bisa dibilang cukup kontroversial dari segi aransemen dan genrenya yang benar-benar cenderung electro-pop. Dan ini menjadi sedikit kesedihan terbesar terutama dari para fans Linkin Park yang tentu saja menginginkan sentuhan rock di album teranyar ini, dan hasil review pun turun sangat signifikan, bahkan dengan skor review terendah dari semua album Linkin Park yang pernah ada.
2 bulan setelah album "One More Light" keluar, tepatnya 20 Juli 2017 sebuah berita mengejutkan datang dari band ini. Sang vokalis, Chester Bennington meninggal dunia dengan cara gantung diri di rumahnya di Los Angeles. Kematiannya ini tepat 1 jam setelah Linkin Park mengunggah video terbaru dari salah satu single di album "One More Light" berjudul "Talking to Myself". Karena kematiannya, seluruh fans Linkin Park dari seluruh dunia pun ikut berduka atas kematiannya yang menggegerkan dunia maya, dan video "Talking to Myself" pun menjadi trending topic serta dibanjiri dengan komentar berduka. Dan karena kematiannya, sisa jadwal Tour untuk mempromosikan album ini yang sudah berjalan selama 1,5 bulan pun dibatalkan, dan pihak promotor dari Tour ini akan mengembalikan seluruh tiket yang telah dipesan.
Salah satu penyebab kematiannya karena beberapa tahun belakangan, Chester Bennington sedang berjuang untuk lepas dari keterikatan narkoba dan obat - obatan terlarang yang sudah akrab selama beberapa tahun. Serta hal yang paling unik dari dibalik kematiannya yaitu tanggal kematian Chester pun sama dengan tanggal kelahiran dari Alm. Chris Cornell, vokalis dari band Audioslave dan Soundgarden. Bukan tanpa sebab, Chester yang sangat dekat dengan Chris Cornell ini merasa sangat kehilangan atas kematian Chris Cornell yang meninggal juga dengan gantung diri pada 18 Mei 2017. Mungkin saja untuk menghargai Chris, Chester pun juga meninggal dengan cara yang sama dan di tanggal ulang tahun dari Chris.
Sekian dari blog ini mudah - mudahan bagi fans Linkin Park di Indonesia bisa tahu perjalanan Linkin Park dari awal hingga saat ini. Trima kasih & Cheers......
Linkin Park sendiri dibentuk pada tahun 1996 (pada saat itu bandnya masih bernama Xero) dengan formasi Mark Wakefield sebagai vokalis, Mike Shinoda sebagai rapper dan gitaris, Brad Delson sebagai gitaris, Dave "Phoenix" Farrel sebagai bassis, dan Rob Bourdon sebagai drummer. Namun pada tahun 1998, Dave memutuskan untuk keluar dari Xero (pada saat itu) karena ingin kembali dengan band lamanya, Tasty Snax.
Kemudian pada tahun yang sama pula, band ini mengubah namanya dari Xero menjadi Hybrid Theory, alasannya karena Xero sendiri sudah dipakai oleh band lain. Pada tahun 1999, Mark Wakefield memilih untuk keluar dari band karena ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Dan akhirnya posisi Mark diisi oleh Chester Bennington hingga saat ini dan namanya pun berubah menjadi Linkin Park. Linkin Park sendiri namanya diambil dari nama sebuah taman di Los Angeles, Lincoln Park. Dan pada tahun yang sama mereka mengeluarkan versi EP (Extended Play) dari Hybrid Theory, meski beberapa kali banyak perusahaan label menolak album ini. Joe Hahn sebagai DJ akhirnya pun bergabung dengan band ini.
Formasi awal Linkin Park |
Pada tahun 2000, adalah masa emas bagi Linkin Park karena untuk pertama kalinya mereka membuat album sendiri dengan nama Hybrid Theory. Dan album ini sukses di pasar berkat beberapa lagu mereka seperti "Papercut", "One Step Closer", "A Place for My Head", "In the End" yang meraih sukses lebih untuk album ini. Dan saya rasa, album Hybrid Theory ini bisa dibilang sebagai masa emas Linkin Park yang murni dengan aliran Nu-Metal, karena komposisi lagunya sendiri tidak main-main, memang liriknya tidak se-agresif Limp Bizkit namun musik Linkin Park di album ini terhitung ala-kadarnya sebagai band Nu-Metal.
Pada tahun 2001, Dave memutuskan untuk kembali ke Linkin Park. Dan pada tahun itu pula, Linkin Park memulai tur mereka untuk album pertama, Hybrid Theory tour. Pada saat mereka sedang melakukan tur, beberapa produser me-remix ulang lagu - lagu mereka di album Hybrid Theory dan akhirnya dirilis album bernama "Reanimation" pada tahun 2002.
Pada 2003, mereka muncul kembali dengan album kedua mereka "Meteora", dan bisa dibilang album ini adalah momentum Linkin Park dalam kesuksesan mereka sepanjang karier. Karena, beberapa lagu di album mereka seperti "Numb" dan "Somewhere I Belong" menjadi hits di beberapa negara termasuk Indonesia. Dan di album ini, mereka sedikit bermain dengan genre baru. Itu terbukti di lagu "Nobody's Listening", mereka mengusung genre electro. Dan saya rasa, album "Meteora" adalah album terbaik & tersukses sepanjang karier Linkin Park.
Pada 2004, mereka menggandeng rapper Jay-Z atas permintaan dari MTV. Collision Course adalah album kolaborasi Linkin Park dengan Jay-Z yang berisi lagu - lagu remix dari album "Hybrid Theory" dan "Meteora" serta dari album solo Jay-Z sendiri. Dan album ini mendapatkan penghargaan Grammy Award sebagai "Lagu Rap Terbaik" dan "Kolaborasi Terbaik".
Pada tahun 2007, mereka kembali meluncurkan album ketiga nya "Minutes to Midnight", disini mereka benar-benar bermain dengan genre electro mereka, meski beberapa lagu dari album ini masih kental dengan genre Nu-Metal. "Given Up" adalah salah satu lagu tersukses di album ini benar - benar menyajikan suasana yang berbeda dari lagu - lagu mereka sebelumnya. "Minutes to Midnight" mungkin menjadi salah satu album Linkin Park dimana mereka menyajikan yang berbeda dibandingkan 2 album mereka sebelumnya.
Kesuksesan mereka berlanjut hingga tahun 2010 mereka kembali dengan karya terbaru mereka "A Thousand Suns". Disini lah benar - benar momentum dimana Linkin Park sudah mulai berbeda dibandingkan 3 album sebelumnya. Di album ini, mereka benar - benar menyajikan lagu - lagu dengan genre electro rock dan tidak ada satupun lagu di album ini yang masih kental dengan genre Nu-Metal murni. Di album ini pula, Linkin Park bereksperimen lagunya dengan menyertakan suara pidato, salah satunya dari pidato "Marthin Luther King, Jr.". Saya rasa album ini adalah album Linkin Park yang sangat berbeda dari album terdahulu mereka, karena konsepnya benar - benar electro murni tanpa adanya "campuran" dari genre Nu-Metal.
Meski penjualannya tidak sebagus 3 album sebelumnya, tampaknya Linkin Park tidak mau menyerah. Pada tahun 2012, mereka merilis album kelima mereka "Living Things". Disini lah mereka masih konsisten dengan genre electro rock nya namun dengan menambah sedikit genre EDM (Electronic Dance Music). Di album ini, ada 1 lagu yang menurut saya yang masih agak sedikit nge-rock, yaitu "Victimized". Kalau anda perhatikan lagunya, masih kental adanya suara drum murni tanpa adanya suara dari drum mode hip-hop, begitupun gitarnya yang masih murni dengan gitar rekaman biasa tanpa adanya ubahan menjadi electro."Living Things" mungkin menjadi salah satu album electro Linkin Park terbaik yang saya pernah dengar.
Di tahun 2013, mereka meluncurkan album remix kedua mereka "Recharged". Di album ini, mereka menambahkan 1 lagu baru yaitu "A Light That Never Comes" yang berkolaborasi dengan Steve Aoki. Disini, Linkin Park me-remix 10 lagu dari "Living Things". Album ini benar - benar EDM murni dengan dub-step yang menghentak di setiap lagunya. Remix di "Recharged" ini sama sekali berbeda di bandingkan dengan "Reanimation" yang masih kentara dengan unsur electro rock nya.
Album keenam ini dirilis pada tahun 2014, berjudul "The Hunting Party". Disinilah mereka benar - benar kembali dengan genre rock mereka yang sudah lama menghilang sejak album "Minutes to Midnight". Album ini pun juga disambut meriah oleh penggemar Linkin Park sendiri, terutama mereka yang sudah "kangen" dengan genre rock murni dari Linkin Park. Di album ini, mereka benar - benar memakai genre rock modern dan aransemennya berbeda dengan album pertama mereka. Dan di album ini pula, 2 anggota Linkin Park (Mike Shinoda dan Brad Delson) benar - benar memproduseri nya sendiri tanpa adanya bantuan dari produser Rick Rubin yang sudah bersama sejak 3 album mereka sebelumnya, meski dalam bagian mixing masih tetap konsisten dengan Andy Wallace sejak awal mereka berkarier
. Di album ini, mereka menggandeng banyak musisi - musisi terkenal, seperti rapper legendaris, Rakim, Tom Morello, dan Daron Malakian. "The Hunting Party" benar - benar saya bilang sebagai "Better Back".
Di 2017, Linkin Park akhirnya kembali dengan album terbaru mereka berjudul "One More Light" dengan mengandalkan single "Heavy" yang berkolaborasi dengan penyanyi pendatang baru, Kiiara. Album ini bisa dibilang cukup kontroversial dari segi aransemen dan genrenya yang benar-benar cenderung electro-pop. Dan ini menjadi sedikit kesedihan terbesar terutama dari para fans Linkin Park yang tentu saja menginginkan sentuhan rock di album teranyar ini, dan hasil review pun turun sangat signifikan, bahkan dengan skor review terendah dari semua album Linkin Park yang pernah ada.
2 bulan setelah album "One More Light" keluar, tepatnya 20 Juli 2017 sebuah berita mengejutkan datang dari band ini. Sang vokalis, Chester Bennington meninggal dunia dengan cara gantung diri di rumahnya di Los Angeles. Kematiannya ini tepat 1 jam setelah Linkin Park mengunggah video terbaru dari salah satu single di album "One More Light" berjudul "Talking to Myself". Karena kematiannya, seluruh fans Linkin Park dari seluruh dunia pun ikut berduka atas kematiannya yang menggegerkan dunia maya, dan video "Talking to Myself" pun menjadi trending topic serta dibanjiri dengan komentar berduka. Dan karena kematiannya, sisa jadwal Tour untuk mempromosikan album ini yang sudah berjalan selama 1,5 bulan pun dibatalkan, dan pihak promotor dari Tour ini akan mengembalikan seluruh tiket yang telah dipesan.
Salah satu penyebab kematiannya karena beberapa tahun belakangan, Chester Bennington sedang berjuang untuk lepas dari keterikatan narkoba dan obat - obatan terlarang yang sudah akrab selama beberapa tahun. Serta hal yang paling unik dari dibalik kematiannya yaitu tanggal kematian Chester pun sama dengan tanggal kelahiran dari Alm. Chris Cornell, vokalis dari band Audioslave dan Soundgarden. Bukan tanpa sebab, Chester yang sangat dekat dengan Chris Cornell ini merasa sangat kehilangan atas kematian Chris Cornell yang meninggal juga dengan gantung diri pada 18 Mei 2017. Mungkin saja untuk menghargai Chris, Chester pun juga meninggal dengan cara yang sama dan di tanggal ulang tahun dari Chris.
Sekian dari blog ini mudah - mudahan bagi fans Linkin Park di Indonesia bisa tahu perjalanan Linkin Park dari awal hingga saat ini. Trima kasih & Cheers......
Langganan:
Postingan (Atom)