Senin, 05 Desember 2016

Yamaha DTX400K Electric Drum Set

Saat ini, sudah mulai banyak Electric Drum yang mulai bertebaran. Pabrikan-pabrikan alat musik saat ini mulai berlomba-lomba untuk membuat Electric Drum yang terbaik, yang pastinya semua itu untuk konsumennya. Dan ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan mengapa kita membeli Electric Drum, ini alasannya:
  1. Ukurannya yang kompak
  2. Tidak memakan space ruangan berlebih
  3. Dan yang terpenting adalah Electric Drum itu HENING dan tidak membuat kekacauan kepada tetangga sebelah.
Namun di satu sisi, mungkin saja anda berpikir bahwa Electric Drum itu mahal. Yap, anda benar sekali. Karena pada kenyataannya Electric Drum itu mahal. Sehingga banyak orang memurungkan niat untuk membeli Electric Drum yang bisa cocok bagi orang yang memiliki kantong pas-pasan.

Akan tetapi, sudah mulai banyak Electric Drum yang dijual dibawah harga Rp. 10 Juta, karena memang rata-rata sebuah Electric Drum bisa di atas Rp.10 Juta, bahkan hampir mengimbangi harga sebuah mobil hatchback yang berstatus LCGC (Low Cost Green Car). Salah satunya ini, yaitu Yamaha DTX400K. Meski masih ada yang lebih murah lagi, namun menurut saya Electric Drum satu ini adalah yang paling termurah di antara Electric Drum dari brand yang sudah bertahun-tahun, berpengalaman, serta memiliki nama yang cukup sukses di Indonesia.
Yamaha DTX400K

Harga dari Electric Drum Set ini tergolong terjangkau. Karena di harga 3 sampai 4 jutaan, anda sudah bisa merasakan dan memiliki niat untuk menjadi seorang drummer professional. Dan saya harus beritahu satu, Electric Drum ini memang diciptakan bukan untuk seorang professional drummer (sekedar info, untuk professional drummer, Yamaha menyediakan DTX700 series dan DTX900 series). Electric Drum ini lebih diciptakan bagi pemula yang baru saja ingin belajar bermain drum. Karena selain kompak, Electric Drum ini memiliki pengoperasian yang sangat-sangat mudah, sehingga cocok sekali untuk anda yang baru saja mulai belajar bermain drum. Dan kali ini, saya akan membahas seperti apa pengalaman saya memakai drum ini menurut pandangan saya.

Fitur

Sebelum membahas lebih jauh, saya akan menjelaskan sedikit apa saja yang anda bisa dapatkan dengan Electric Drum ini. Yamaha DTX400K berjeniskan 5-piece kit, dengan 1 crash cymbal, 1 ride cymbal, hi-hat, 3 toms, dan tentu saja snare. Sayangnya, snare yang digunakan di Yamaha DTX400K ini hanya single-zone saja, berbeda dengan snare di DTX450K yang sudah three-zone layaknya seperti snare drum biasa, lengkap dengan head, rim-shot, dan cross-stick. Untuk kaki-kaki nya, Yamaha DTX400K menyediakan hi-hat controller dan kick-pad bass drum controller (KU100). Jadi untuk entry level dari seri ini, Yamaha hanya memberikan kick-pad controller yang sama persis seperti hi-hat controllernya. Namun jangan kecewa dulu, Yamaha menyediakan upgrade ke kick-pad yang asli layaknya sebuah bass drum, yaitu KP65, lengkap dengan pedalnya.




Yamaha DTX400 Module

Untuk module nya sendiri sangatlah simpel. Yamaha DTX400 module ini berdesain hanya seperti tombol-tombol saja, jadi tidak ada layar sama sekali seperti module electric drum lainnya. Jadi penggunaannya sangatlah simpel, ada hanya memindahkan 1 hingga 10, maka secara otomatis semua pengaturan dan apapun akan berubah. Terdapat 3 menu, yaitu Kit, Songs, dan Training. Jika anda di menu Kit, maka angka 1 hingga 10 tersebut adalah jumlah Kit yang tersedia oleh drum ini. Dan jika anda menekan menu Songs, maka angka 1 hingga 10 tersebut adalah jumlah Lagu-lagu yang bisa anda coba. Di menu Training, akan ada 10 macam training yang bisa anda coba dan tentu saja ini sangat cocok untuk anda bagi pemula.

Kemudian, terdapat tombol untuk mengaktifkan metronome sehingga sangat cocok untuk ada supaya tetap berada di ketukan lagu yang tepat. Ada pula tombol play/stop dan Drum Mute. Kedua tombol ini berfungsi untuk ada bisa memainkan lagu yang anda inginkan, dan Drum Mute sendiri berguna untuk anda bisa bermain tanpa adanya intervensi dari suara drum lagu aslinya. Serta ada dua tombol untuk mengeraskan dan mengecilkan volume, serta dua tombol untuk pengaturan Tempo lagu, mau cepat atau mau pelan sesuai keinginan anda. Di samping module ini, terdapat port untuk menghubungkan AC adapter, kemudian slot Phones untuk menghubungkan dengan speaker atau headphones, AUX-IN untuk menghubungkan handphone atau mp3 player anda sehingga bisa memainkan drum dari lagu anda, serta USB to Host untuk beberapa aplikasi yang akan saya jelaskan lagi di bawah.

Impresi menurut kaca mata saya

Sekarang waktunya untuk melihat impresi dari saya. Awalnya, saya membeli drum ini sekitar bulan Maret 2014, dengan harga tak sampai Rp. 4 Juta, tepatnya di Rp. 3,5 Juta + kursi drum seharga 400 ribu, sehingga total menjadi Rp. 3,9 Juta. Dan setelah 2 tahun penggunaan (hingga saya menulis blog ini), saya merasakan betapa enaknya bermain sebuah Drum Electric. Karena yang pertama, jenis Kit bisa anda pilih sesuai dengan keinginan anda, berbeda dari pada Drum sesungguhnya atau Drum Akustik yang mana anda harus membeli jenis Kit yang terpisah dan tentu saja mengeluarkan biaya lagi. Kedua, drum ini serasa memiliki size atau ukuran yang pas, tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil pula. Tapi di satu sisi, Electric Drum ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti snare nya yang hanya single-zone saja, sehingga sangat membatasi teknik bermain drum anda, kemudian feel dari kick-pad bass drum nya sendiri cukup enak, namun akan lebih baik lagi jika dilengkapi dengan KP65 tadi sehingga feel nya benar-benar seperti memainkan drum yang asli. Namun jangan terlanjur untuk menelantarkannya, Yamaha sudah menyediakan beberapa upgrade yang anda bisa lakukan dengan drum ini.

  • Snare 
 
Yamaha XP80


Yamaha TP70s
 Standarnya, snare yang digunakan di Electric Drum ini adalah bertipe TP65, sedangkan untuk upgrade nya sendiri, Yamaha sudah menyiapkan dengan snare bertipe TP70s yang sama seperti digunakan di Yamaha DTX450K, serta XP80. Perbedaan dari kedua snare ini jelas dari harganya, yang mana TP70s jelas lebih murah daripada XP80. TP70s dijual seharga 700 ribuan, sedangkan XP80 dijual seharga 1,8 jutaan. Kemudian perbedaan lagi dari kedua snare ini adalah jenis bahan yang digunakan. TP70s masih memakai karet silikon biasa, sedangkan XP80 sudah menggunakan TCS (Textured Cellular Silicone) seperti pada seri-seri Yamaha DTX di atasnya, yang membuat tangan tidak cepat sakit karena lebih empuk. Untuk snare nya sendiri, saya sarankan menyesuaikan kepada budget saja, karena perbedaan harga kedua snare ini hampir separuh.
  • Bass Drum

Yamaha KU100

Yamaha KP65
Standarnya, Bass Drum yang digunakan di Electric Drum ini adalah bersifat controller saja, dengan tipe KU100. Yamaha sudah menyediakan KP65 kick pad lengkap dengan pedal nya, sehingga feel nya terasa lebih seperti bermain drum akustik. Namun KU100 itu sendiri tetap bisa anda gunakan sebagai pedal kedua, karena KP65 sendiri sudah menyiapkan satu port khusus untuk expand kit.

Aplikasi
Seperti yang saya jelaskan diatas, bahwa Yamaha DTX400 module nya memiliki USB to Host. USB to Host ini sangat berguna untuk anda bisa menghubungkan third-party software sehingga anda bisa seperti merekam suara drum atau juga bisa menjadikan USB Midi sehingga anda bisa memainkan lagu-lagu berformat MIDI dengan mudah, seta berbagai macam fungsi lainnya, dan fitur ini biasanya kita kenal dengan nama VST. Yamaha sendiri ternyata sudah menyediakan aplikasi khusus untuk Yamaha DTX400 drum ini.
  • Yamaha DTX400 Lessons
Aplikasi ini sangat berguna bagi anda yang benar-benar pemula yang tidak mengerti sama sekali bermain drum. Di aplikasi ini, anda akan diajarkan seperti cara memegang stick yang benar, kemudian memukul drum dengan benar, dan lain sebagainya. 
  • Yamaha DTX400 Touch
Yamaha DTX400 module ini memiliki 169 custom sound, yang tentu saja anda bisa ubah sesuai keinginan kita. Dan aplikasi inilah satu-satunya yang bisa membuat anda mengubah sound drum sesuai keinginan anda.
  • Yamaha MusicSoft
Aplikasi ini tersedia juga untuk Windows. MusicSoft ini konsepnya sederhana, di mana kita bisa memasukkan lagu MIDI yang kita download sendiri dari komputer anda, tanpa harus menghilangkan lagu-lagu standar di module nya sendiri. Tapi harap di ingat, tidak semua lagu MIDI bisa dimainkan di Yamaha DTX400 module nya.
  • Yamaha SongBeats
Aplikasi ini konsepnya seperti game arcade drum, dimana kita akan disuguhi oleh beberapa pattern dan desain drum seperti aslinya yang menunjukkan kita harus memukul bagian drum yang mana. Namun berbeda seperti game arcade drum, aplikasi ini tidak berkonsep seperti game pada umumnya dengan score. Jadi dia simpel saja, hanya menampilkan bagian mana yang harus anda pukul dari lagu yang dimainkan.

Namun sayangnya semua aplikasi di atas (kecuali MusicSoft yang tersedia di Windows) hanya tersedia di sistem perangkat iOS, dan sejauh ini belum ada konfirmasi apakah aplikasi ini juga tersedia di Android. Dan ini memang sangat disayangkan, bahwa tidak semua orang di seluruh negara ini yang menggunakan gadget bersistem operasi iOS.

Kesimpulan
Dengan harga yang ditawarkannya, maka drum ini memiliki value for money yang terhitung sangat baik. Karena semua hal yang anda inginkan dari sebuah drum ada disini, meski anda harus mengingat bahwa ada keterbatasan tertentu yang memang bagi sebagian orang akan menjadi bosan. Tapi secara keseluruhan, Yamaha DTX400K tergolong sangat baik di rentan harganya.
 

Minggu, 04 Desember 2016

The Smashing Pumpkins

Bagi anda yang lahir di era 90-an dan mengenal genre Alternative Rock, anda sudah tidak asing lagi dengan The Smashing Pumpkins. Dan satu hal yang menarik dari band ini, karena musik dari The Smashing Pumpkins lebih cenderung mengarah ke Punk Rock. Karena sangat jarang sebuah band bisa melestarikan Punk Rock di era modern. Sedikit sejarah dan perjalanan dari band ini.
Formasi awal The Smashing Pumpkins
Band ini memulai karier bermusiknya di tahun 1990. Namun band ini sudah berdiri sejak tahun 1988, dan pada saat itu hanya beranggotakan dua orang saja, yaitu Billy Corgan sebagai bassist, serta James Iha sebagai gitaris. Dan pada saat itu pula, mereka bertemu D'Arcy Wretzky yang akhirnya menggantikan posisi Billy Corgan sebagai bassist dan Billy Corgan berganti posisi menjadi vokalis dan gitaris. Kemudian, Billy Corgan diperkenalkan Jimmy Chamberlin dari temannya, dan pada saat itu pula Jimmy Chamberlin masuk sebagai drummer. Dan resmi, The Smashing Pumpkins berformasi awal Billy Corgan (vokalis, gitaris), James Iha (gitaris), D'Arcy Wretzky (bassist), Jimmy Chamberlin (drummer).

Tak lama setelah menandatangani kontrak rekaman Caroline Records yang merupakan anak perusahaan dari Virgin Records, The Smashing Pumpkins mulai memberanikan diri dengan merekam lagu hasil ciptaan mereka sendiri. Dan di tahun 1991, The Smashing Pumpkins berhasil merilis album pertama mereka dengan diberi nama Gish. Meski tak begitu sukses secara komersil, album ini menjadi pembuka jalan bagi The Smashing Pumpkins untuk bisa sukses di masa depan. Karena materi yang diberikannya cenderung cukup berani dibandingkan dengan beberapa band Alternative Rock di zamannya.

Setelah merilis album pertama, The Smashing Pumpkins kembali tertantang untuk membuat album kedua. Dan akhirnya mereka berhasil merilis album kedua mereka dengan diberi nama Siamese Dream di tahun 1993. Kematangan mereka dalam bermusik semakin terlihat di album ini. Dan mereka pun sempat membuat statement bahwa mereka bisa seperti Nirvana, Pearl Jam, dan Jane's Addiction, yang konon dimana ketiga band tersebut tergolong sangat sukses pada saat itu. Berkat statement tersebut dan diimbangi dengan kematangan mereka dalam bermusik, membuat penjualan album kedua The Smashing Pumpkins ini meningkat cukup drastis ketimbang album pertamanya dan dengan cepat menjadi band yang sangat diperhitungkan di masanya. Di tahun 1994, mereka merilis album kompilasi Pisces Iscariot. Album tersebut berisikan kompilasi dari sesi rekaman album Gish dan Siamese Dream yang belum pernah di ekspos ke publik sebelumnya.

Sukses dengan album kedua, The Smashing Pumpkins mulai serius dalam membuat album secara intensif. Kematangan mereka dalam bermusik semakin terpampang nyata dengan album ketiga mereka yang diberi nama Mellon Collie and the Infinite Sadness yang dirilis di tahun 1995. Single-single tersukses mereka, seperti 1979 dan Bullet with Butterfly Wings berhasil tercetak lewat album ini. Materinya sendiri pun tidak neko-neko, karena hampir di beberapa lagu, The Smashing Pumpkins berhasil menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya. Hasilnya, album ini pun sukses besar, dan menjadikan album ini adalah album The Smashing Pumpkins tersukses sepanjang karier mereka. Berkat penjualan album ini yang fantastis, The Smashing Pumpkins semakin dikenal publik hampir diseluruh negara, dan memenangkan beberapa nominasi di ajang musik bergengsi di masanya.
The Smashing Pumpkins (1997-1999)

Namun setelah sukses dengan album ketiga nya, awal mula keretakan The Smashing Pumpkins mulai terlihat. Seperti pemecatan Jimmy Chamberlin di tahun 1996, karena terjerumus oleh penggunaan narkoba. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat The Smashing Pumpkins terpuruk dan terus bangkit untuk bisa membuat album baru. Nasib yang malang menimpa Billy Corgan, sang vokalis dan gitaris di tahun 1997. Karena pada tahun itu, Billy mengalami masalah yang bertubi-tubi, seperti meninggalnya ibunda Billy, serta yang paling parah adalah perceraiannya Billy Corgan dengan sang istri, Chris Fabian. Keterpurukan Billy Corgan ini membuat dirinya memutuskan untuk mencukur habis kepalanya alias BOTAK. Dan semua curahan isi hatinya pun tersalurkan lewat album keempat The Smashing Pumpkins berjudul Adore yang dirilis di tahun 1998. Di album ini, musikalitas The Smashing Pumpkins berubah signifikan ketimbang album-album mereka sebelumnya, dimana di album ini lebih cenderung memberikan unsur electronic dan gothic rock di seluruh lagunya. Dan perubahan musikalitas mereka salah satunya disebabkan karena sulitnya untuk menghubungkan musikalitas mereka. Album ini memang dari segi penjualan menurun dari sebelumnya, namun tetap sukses dan beberapa penghargaan bergengsi pun disabet oleh band ini.

Di akhir 1998 saat The Smashing Pumpkins mulai mengerjakan album kelima mereka, Jimmy Chamberlin memutuskan untuk kembali bergabung dengan The Smashing Pumpkins. Dan pada saat itu pula, The Smashing Pumpkins berkomitmen untuk kembali ke jati diri mereka. Namun di tengah pengerjaan album kelima mereka, The Smashing Pumpkins harus kehilangan satu personel lagi yaitu D'Arcy Wretzky yang pada saat itu memutuskan untuk rehat dari dunia musik, sehingga posisi bass pun menjadi lowong. Namun tak lama, mantan bassist band Hole, Melissa Auf der Maur mengisi posisi bass yang lowong, dan akhirnya Melissa yang melanjutkan rekaman sisa-sisa lagu dari album kelima The Smashing Pumpkins yang belum rampung.
The Smashing Pumpkins (2000)

Di tahun 2000, akhirnya The Smashing Pumpkins berhasil merilis album kelima mereka dengan diberi judul Machina/The Machines of God. Khusus untuk album ini, The Smashing Pumpkins memutuskan untuk merilis album ini dalam dua seri. Namun permintaan Billy Corgan kepada Virgin Records untuk membuat dua seri menjadi satu album pun ditolak mentah-mentah oleh Virgin Records dan meminta untuk band ini merilisnya secara terpisah. Hasilnya, setelah merilis seri pertama Machina, The Smashing Pumpkins memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak dari Virgin Records dan Billy Corgan memutuskan untuk membuat label sendiri khusus untuk merilis seri kedua Machina, bernama Constantinople Records. Beberapa bulan setelah seri pertama Machina dirilis, The Smashing Pumpkins merilis seri kedua Machina sekaligus album keenam mereka berjudul Machina II/The Friends & Enemies of Modern Music secara terbatas dalam bentuk fisik, namun untuk distribusi luas album ini dipasarkan dalam bentuk digital. Respons pasar dari kedua seri ini cukup berbanding balik. Seri pertama Machina terhitung tidak begitu sukses, bahkan menjadi salah satu album The Smashing Pumpkins dengan penjualan album paling sedikit. Sedangkan seri kedua Machina terhitung sangat positif, bahkan banyak publik kecewa mengapa seri kedua Machina tersebut tidak diedarkan secara luas. Dan setelah merilis album ini, karena alasan tertentu, The Smashing Pumpkins memutuskan untuk bubar di bulan Desember 2000 setelah konser terakhir mereka di Chicago.

Di tahun 2001, The Smashing Pumpkins merilis album kompilasi terbaik sepanjang karier mereka yang terpisah menjadi dua seri yaitu Rotten Apples dan Judas O. Di kompilasi tersebut, The Smashing Pumpkins menyelipkan satu lagu baru yang tidak diberi judul (kadang dikenal sebagai Rotten Apples), yang merupakan lagu terbaru sekaligus karya terakhir mereka yang direkam sebelum band ini memutuskan untuk bubar. Sedikit penjelasan, Rotten Apples berisi 18 buah lagu yang merupakan karya-karya terbaik mereka dari album awal mereka hingga album terakhirnya, ditambah dengan satu lagu baru. Sedangkan Judas O, sama seperti Pisces Iscariot, seri ini berisikan lagu-lagu yang mereka rekam namun belum diekspos ke publik, mulai dari album Mellon Collie and the Infinite Sadness sampai Machina II/The Friends & Enemies of Modern Music.

Setelah bubar, Billy Corgan dan Jimmy Chamberlin memutuskan untuk membentuk band baru bernama Zwan di tahun 2001, bersama beberapa anggota dari band yang terkenal pada saat itu. Zwan merilis album mereka di tahun 2003, dan tak lama setelah itu Zwan memutuskan untuk bubar. Di tahun 2005, Billy Corgan pun kembali dengan merilis album solo pertamanya berjudul TheFutureEmbrace yang memiliki konsep yang hampir sama dengan album keempat The Smashing Pumpkins, Adore.

Di tahun 2006, akhirnya ada angin segar dari The Smashing Pumpkins. Akhirnya Billy Corgan cs. memutuskan untuk kembali membangkitkan band ini. Namun terjadi perubahan formasi, dimana James Iha yang menjadi gitaris sebelumnya memutuskan untuk tidak bergabung lagi dengan The Smashing Pumpkins, dan Melissa Auf der Maur juga memutuskan hal yang sama. Sehingga resmi, The Smashing Pumpkins hanya tersisa 2 personel saja. Dan dengan cepat, The Smashing Pumpkins langsung kembali ke dapur rekaman dan akhirnya berhasil merilis album ketujuh mereka dengan nama album Zeitgeist di tahun 2007. Tak lama setelah album ini dirilis, The Smashing Pumpkins menerima Jeff Schroeder sebagai anggota baru yang menggantikan James Iha di posisi gitaris. Respons pasar terhadap album ini memang tidak sebaik sebelum-sebelumnya, namun hal ini menjadi awal semangat mereka untuk kembali membuat album terdepannya.

Pada tahun 2009, The Smashing Pumpkins harus kembali lagi menelan pil pahit karena kehilangan Jimmy Chamberlin yang memutuskan untuk keluar dari band ini. Namun pucuk dicinta ulam pun tiba, keluarnya Jimmy Chamberlin ternyata dengan cepat langsung mendapatkan penggantinya bahkan dengan bonus. Mike Bryne masuk menggantikan Jimmy Chamberlin di posisi drummer, dan posisi bass yang lowong di album Zeitgeist akhirnya diisi oleh Nicole Fiorentino.
The Smashing Pumpkins (2009-2014)
Di tahun yang sama, The Smashing Pumpkins merilis sebuah seri baru berjudul Teargarden by Kaleidyscope yang diperkirakan selesai serinya pada tahun 2017. Dalam seri tersebut, The Smashing Pumpkins direntan tahun 2009 hingga 2011 merilis 2 album mini dan 2 single lagu. Konsep dari album ini sendiri terinspirasi dari sebuah kartu Tarot. Setelah merilis 2 album mini dan 2 single lagu, akhirnya The Smashing Pumpkins merilis album studio untuk seri ini sekaligus menjadi album kedelapan mereka berjudul Oceania di tahun 2012. Respons publik terhadap album ini pun sangatlah positif, dan angka penjualannya pun naik cukup signifikan dibandingkan album sebelumnya.

Namun nasib malang kembali lagi menimpa band ini. Di tahun 2014, The Smashing Pumpkins harus kembali kehilangan 2 personel baru mereka yaitu Mike Bryne dan Nicole Fiorentino yang memutuskan untuk keluar dari band ini. Di tahun yang sama pula, The Smashing Pumpkins yang hanya menyisakan 2 personel saja dan dibantu dengan beberapa additional personel ini merilis album berikutnya dari seri tersebut sekaligus album kesembilan mereka berjudul Monuments to an Elegy. Secara musikalitas, album ini sedikit berbeda dibandingkan Oceania, karena di album ini mereka memadukan unsur Alternative Rock dengan sedikit sentuhan Electronic.

Setelah merilis album kesembilan, The Smashing Pumpkins akhirnya mendapatkan angin segar dengan kembalinya Jimmy Chamberlin diposisi drummer di tahun 2015. Kembalinya Jimmy Chamberlin tersebut menjadi awal tur mereka untuk mempromosikan album Monuments to an Elegy. Namun di tahun 2016, Jimmy Chamberlin memutuskan untuk mengganti statusnya bukan sebagai anggota tetap, namun Jimmy tetap membantu tur The Smashing Pumpkins hingga selesai.

Saat ini, The Smashing Pumpkins baru saja melakukan reuni dengan gitaris lama mereka James Iha dan sedang melakukan persiapan untuk membuat album terakhir dari seri Teargarden by Kaleidyscope yang juga merupakan album kesepuluh mereka. Berhembus kabar bahwa The Smashing Pumpkins mencoba untuk kembali lagi ke formasi awal mereka untuk album tersebut.

Rabu, 30 November 2016

10 Album Pop & Rock Terbaik era 2000-an

Tahun 2000-an masih ada band rock yang bertahan ??? Yap, itu beberapa hal yang saya pikirkan sebelumnya. Karena tidak sedikit band yang sukses di era-nya mampu bertahan di era millenium baru ini. Hal ini logis, karena di era 2000-an sudah banyak artis-artis bergenre Pop, R&B, Rap, dll yang mulai bertebaran di dunia bisnis musik. Namun tak sedikit pula bahwa band yang sukses di era-nya masih mampu bertahan dan membuktikan bahwa musik mereka tidak pernah dimakan oleh zaman.

Dan inilah 10 album Pop & Rock terbaik di era 2000-an:

10. MUSE - Origin of Symmetry (2001)
 

Album ini sendiri adalah album kedua MUSE yang dirilis. Sebelumnya, MUSE pernah merilis album pertama berjudul Showbiz, namun tak begitu sukses. Dan album inilah menjadi titik balik MUSE mulai dikenal banyak orang. Meski hanya bermodal 3 orang saja, namun suara yang mereka hasilkan cenderung enerjik dan terkesan multi-genre. Dan dua hal itulah yang menjadi resep MUSE bisa tampil beda dibandingkan band Rock di zamannya.

9. MUSE - Absolution (2003)

Setelah sukses dengan album keduanya, MUSE kembali lagi dengan album ketiganya yang tak kalah lebih hebat lagi. Namun konsep di album ini berbeda cukup signifikan dibanding album MUSE sebelumnya. Di album ini, mereka lebih mencoba mengangkat tema biblical, namun tetap dikemas dengan musik mereka yang lagi-lagi enerjik dan terkesan multi-genre. Dan berkat album ini, MUSE jadi semakin dikenal lagi dibeberapa benua, semisal Eropa, Amerika, dan Asia.

8. Weezer - Green Album (2001)

Album ini saya rasa adalah album terbaik mereka, setelah Pinkerton dan Make Believe. Album ini merupakan comeback mereka setelah vakum selama 5 tahun, dan hasilnya album ini mampu dikemas secara luar biasa, enerjik, dan dengan suara vokal yang lebih renyah ketimbang Blue Album dan Pinkerton, membuat album ini menjadi salah satu album favorit dari Weezer sepanjang karier mereka.

7. Blur - Think Tank (2003)

Ini adalah salah satu album favorit dari Blur. Meski lagi-lagi, bagi sebagian orang pilihan saya cukup kontroversial, mengingat album ini bagi sebagian besar orang tidak begitu bagus. Namun jarang sekali Blur bisa bereksplorasi seperti yang ada di album ini. Karena bisa memadukan unsur Electronic dengan Rock. Tapi di satu sisi, album ini adalah awal keruntuhan Blur sepanjang karier mereka, bahkan album ini adalah album terakhir Blur sebelum akhirnya memutuskan bubar, namun kemudian bangkit lagi di tahun 2008.

6. Limp Bizkit - Chocolate Starfish and the Hot Dog Flavored Water (2000)

Album ini adalah album kesuksesan besar yang pernah dicetak Limp Bizkit sepanjang karier mereka. 3 awal album Limp Bizkit menurut saya adalah orisinal nya Limp Bizkit. Dan puncak kesuksesannya ada di album ini. Karena hampir semua lagu mereka di album ini mampu dikemas dengan sangat baik, meski banyak di antara lagu mereka di album ini cukup kontroversial. Faktanya bahwa hampir 80% hits tersukses mereka berhasil dicetak lewat album ini, dan salah satu lagu mereka "Take a Look Around" dipilih menjadi soundtrack film "Mission Impossible" seri kedua.

5. Keane - Hopes and Fears (2004)

Kenapa saya memilih album ini ? Bagi saya jarang sebuah band Rock mampu berhasil menciptakan suara yang hebat tanpa memerlukan instrument Guitar. Dan Keane mampu membuktikan bahwa mereka bisa melakukan hal itu. Hanya bermodal suara dari Keyboard dan sebagai gantinya instrument Guitar yang di tanggalkannya, mereka memutuskan mengganti suara Guitar dengan memasukkan sample hampir di seluruh lagu mereka di album ini. Dan ciri khas itulah yang terus mereka bawa sepanjang karier mereka hingga saat ini.

4. Keane - Under the Iron Sea (2006)

Kesuksesan mereka di album Hopes and Fears membuat Keane semakin tertantang untuk membuat album terbaru. Dan di album ini, Keane berhasil bereksplorasi lebih jauh lagi, yaitu dengan suara dari Keyboard yang lebih berat dan lebih terasa seperti nge-Rock. Keberhasilan dari musik mereka pun juga terbawa hingga kesuksesan album ini secara komersil dan berkat album ini pula, Keane bisa dikenal hampir diseluruh dunia.

3. Coldplay - A Rush of Blood to the Head (2002)

Berkat album ini, saya mulai suka dengan Coldplay. Di album ini, Coldplay berhasil mengemas sebuah album yang menarik dan sangat enak untuk di dengar. Dan faktanya, 80% hits tersukses mereka berhasil dicetak lewat album ini. Dan tak perlu saya panjang lebar menjelaskan album ini, penjualannya pun sukses besar dan album ini adalah album Coldplay dengan penjualan tersukses sepanjang karier mereka.

2. Radiohead - Kid A (2000)

Album ini adalah album yang sempat menggemparkan dunia musik di era-nya. Betapa menggemparkannya, karena Radiohead bisa sukses dengan album OK Computer yang dikenal dengan sound Rock yang sangat luar biasa, tiba-tiba saja mereka muncul kembali dengan sentuhan musik yang berbanding balik 180 derajat ketimbang OK Computer yang notabene nya adalah album sebelumnya Kid A. Album ini benar-benar jauh dari kesan Rock & Roll, namun lebih cenderung electronic. Namun hebatnya, Radiohead berhasil mengemas album ini sangat epik dan sama sekali tidak ada hal aneh yang sukar untuk didengar. Dan unsur electronic inilah yang mereka bawa terus hingga kini di album terdepan mereka.

1. Linkin Park - Meteora (2003)

Tak perlu saya jelaskan panjang lebar betapa hebatnya daya tarik dari album ini. Kesuksesan mereka sebenarnya sudah dimulai sejak mereka merilis debut album mereka berjudul Hybrid Theory, yang notabene adalah album sebelum Meteora. Dan album ini sangatlah sukses dengan mencetak angka penjualan terbanyak di seluruh negara, bahkan di Indonesia. Hasilnya, album ini mendapatkan penghargaan bergengsi sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa. Dan daya tarik itu bahkan sampai ke Indonesia, banyak musisi-musisi di Indonesia yang terinspirasi musiknya bisa seperti Linkin Park. Bahkan salah satu band Rap-Rock kondang asal Indonesia, Saint Loco memiliki ciri khas yang hampir mirip seperti Linkin Park, bahkan mendapatkan julukan ''Linkin Park-nya Indonesia''. Dan daya tarik yang luar biasa inilah membuat album ini menjadi salah satu trendsetter baru di era-nya.


Senin, 14 November 2016

New Order

New Order
Ya, ini adalah New Order. Nama yang cukup asing di dengar bagi sebagian orang, karena memang namanya jarang mencuat di musik-musik dunia. Namun jangan anggap remeh band ini, walaupun sudah tua, tapi band ini tetap sangat menarik untuk dilihat.

Wajar saja, karena band ini sebenarnya awal mulanya dari sebuah band Joy Division, sebuah grup band yang sukses di era 70-an. Joy Division boleh dibilang adalah salah satu band yang sangat bersejarah di industri musik dunia karena daya tarik sang vokalis, almarhum Ian Curtis begitu memikat hati. Hasilnya, Joy Division sukses menarik peminat musik yang kala itu di dominasi oleh aliran Heavy Metal ala Led Zeppelin, Black Sabbath, Aerosmith, dan band heavy metal di zamannya.

Namun tahun 1980, Joy Division memutuskan untuk bubar setelah kematian Ian Curtis yang begitu mendadak dan menggemparkan kancah musik di zamannya, karena bunuh diri. Dan sejak saat itulah, Joy Division seolah mati begitu saja dengan hanya mengorbitkan 2 buah album, namun kedua album tersebut sangatlah sukses, bukan hanya di negara asalnya, tapi di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Tak lama setelah itu, berdirilah band ini yang digawangi oleh 3 mantan personel Joy Division, yaitu Bernard Sumner (vokalis, gitaris), Peter Hook (bassist, backing vokal), dan Stephen Morris (drummer). Namun kemudian Stephen Morris mengajak Gillian Gilbert (keyboardist) bergabung di band ini. Dan sejak itulah, band ini resmi diberi nama New Order. Di tahun 1981, New Order langsung meluncurkan album pertama mereka berjudul "Movement". Album ini sudah mencirikan musik New Order akan kemana. Dan musik mereka sangatlah berbeda dengan konsep musik Joy Division yang lebih mengusung genre Post-Punk. New Order lebih mengarah ke musik electro-dance, namun tetap adanya unsur Post-Punk meski tidak 100% murni Post-Punk. Dan album ini pun langsung dengan cepat di terima pasar dan hasilnya sangatlah sukses, mengingat masih banyaknya fans Joy Division mengharapkan akan adanya kebangkitan dari New Order.

Kemudian di tahun 1983, New Order mulai bekerja keras untuk mengeluarkan album kedua mereka. Dan akhirnya, mereka berhasil meluncurkan album kedua mereka dengan diberi judul "Power, Corruption & Lies". Dan musik mereka pun masih mengusung tema yang sama seperti album pertamanya, electro-pop dengan campuran Post-Punk. Dan hasilnya sama seperti album sebelumnya, album ini memiliki respons pasar yang bagus, meski pada tahun itu sudah banyak band-band baru yang mulai bermunculan.

Musik mereka pun semakin mantap di album ketiganya, "Low-Life" yang dirilis di tahun 1985. Usaha keras New Order untuk tetap mempertahankan musik mereka yang berbeda di antara band di zamannya ternyata berhasil. Meski di dominasi oleh musik ala The Smiths yang juga bersinar di zamannya, album ini tetap terhitung sukses dan respons pasar pun tetaplah sangat baik.

Tahun 1986, New Order tetap intensif dengan meluncurkan album keempat mereka berjudul "Brotherhood". Memang di album ini, New Order lebih berusaha keras ketimbang ketiga album sebelumnya, mengingat dominasi musik rock di zamannya sudah semakin tinggi dengan kehadiran band-band rock baru di zamannya. Namun, New Order tetaplah sukses dengan musik yang mereka usung di empat album mereka ini. Respons pasar pun kembali positif akan album ini.

Di tahun 1989, kinerja musikalitas New Order sudah mulai sedikit demi sedikit mengalami penurunan. Dan ini terbukti dengan dirilisnya album kelima mereka berjudul "Technique". Di album ini, New Order mulai menghilangkan ciri Post-Punk di album ini yang sudah melekat di musik mereka di empat album sebelumnya. Namun album ini tetap tergolong sukses, meski respons pasar tidak lagi sebaik sebelum-sebelumnya.

Dan penurunan produktivitas New Order dalam meluncurkan album semakin terlihat di tahun 1993. Ya, memang pada saat itu hampir seluruh personel New Order sudah mulai fokus pada side project mereka masing-masing. Bernard Sumner sudah mulai fokus pada band barunya, Electronic yang merupakan kolaborasi antara Sumner dan mantan gitaris The Smiths, Johnny Marr. Stephen Morris dan Gillian Gilbert yang pada saat itu telah menikah terlihat lebih fokus dengan project duonya, dan menghasilkan dua album studio. Jadi New Order seolah-olah ditinggalkan begitu saja tanpa adanya album baru. Namun itu langsung ditampik dengan para personel New Order dengan diluncurkannya album keenam mereka berjudul "Republic". Single "Regret" menjadi salah satu single legendaris New Order selama berkarier di dunia musik. Respons pasar terhadap album ini tetaplah positif. Pada saat itulah, New Order memutuskan untuk vakum dari dunia musik hingga waktu yang tak ditentukan, namun mereka sempat merilis album kompilasi terbaik mereka di tahun 1994.

New Order tahun 2000
Semangat New Order kembali bangkit lagi di tahun 1999. Memang pada saat itu, Bernard Sumner sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan band Electronic, dan puas dengan 3 album studio saja. Serta duet suami-istri Stephen Morris-Gillian Gilbert pun sudah tidak produktif dalam merilis album duet mereka. Sehingga saat itulah New Order memutuskan untuk bangkit kembali di akhir 1999. Dengan formasi yang masih sama seperti sebelumnya, New Order dengan sigap langsung kembali ke dapur rekaman pada tahun 2000, dan akhirnya dirilislah album ketujuh mereka dengan nama "Get Ready" di tahun 2001 sebagai tanda kebangkitan mereka di kancah musik dunia. Namun di album ini, konsep mereka sangatlah berbeda ketimbang keenam album sebelumnya, di album ini mereka lebih mengarah ke alternative rock, namun tetap nuansa electro-dance di munculkan di album ini meski porsi nya tidak sebanyak sebelum-sebelumnya. Di album ini, New Order berkolaborasi dengan 2 vokalis band kondang di kancah musik, seperti Billy Corgan dari The Smashing Pumpkins dan Bobby Gillespie dari Primal Scream. Kebangkitan mereka membuat respons pasar pun juga ikutan bangkit dengan rilisnya album ini. Single "Crystal" dan "60 Miles an Hour" di album ini menjadi dua lagu New Order yang sangat melekat oleh para fansnya.

Namun keberhasilan album mereka ternyata tak seimbang dengan keberhasilan secara internal band. Album "Get Ready" adalah album terakhir New Order dengan formasi klasik mereka. Di tahun yang sama, Gillian Gilbert memutuskan untuk mengundurkan diri dari band dengan alasan ingin istirahat dari dunia musik. Dan di tahun yang sama pula, masuklah Phil Cunningham menggantikan Gillian Gilbert di posisi keyboardist, namun Phil Cunningham lebih sering menggunakan gitar di panggung, sehingga Phil memegang dua posisi yaitu keyboardist dan gitaris.
New Order tahun 2005
Di tahun 2005, New Order mulai mengejar ketertinggalan mereka dengan dirilisnya album kedelapan berjudul "Waiting for the Sirens' Call". Album ini tetap memiliki konsep yang sama seperti album ketujuh mereka. Dan album ini secara komersil sangatlah sukses, melebihi kesuksesan mereka di ketujuh album sebelumnya. Dan karena album ini, gaung New Order dikancah musik langsung dikenal lebih luas lagi, terutama di benua Eropa dan Asia.

Namun lagi-lagi semangat New Order mengendur di tahun 2007. New Order pada saat itu kembali memutuskan untuk vakum setelah sang bassist, Peter Hook memutuskan untuk mengundurkan diri dari band ini. Dan hal ini memang sudah terlihat sejak beberapa kali konser dan interview New Order, Peter Hook tak pernah terlihat bersama New Order. Yang lebih parah lagi di tahun 2009, Bernard Sumner memberikan statement bahwa dia tidak akan berkarya lagi dibawah bendera New Order.

Namun di tahun 2011, New Order kembali membuat kejutan dengan memutuskan untuk kembali lagi di kancah musik. Namun dengan formasi yang berbeda, dengan kembalinya Gillian Gilbert membangkitkan New Order dalam bermusik, serta posisi Peter Hook diganti oleh Tom Chapman. Di tahun 2013, mereka meluncurkan album kesembilan mereka yang sebenarnya album ini bukanlah album murni dengan materi baru. Album yang diberi judul "Lost Sirens" ini sebenarnya adalah hasil sisa rekaman mereka yang tidak dimasukkan di album multi-platinum mereka, "Waiting for the Sirens' Call".
 
New Order tahun 2015
Dan di tahun 2015, mereka muncul kembali dengan album kesepuluh mereka bernama "Music Complete" yang menjadi album pertama mereka sejak 10 tahun tidak merilis materi baru. Di album ini, New Order berkolaborasi dengan penyanyi-penyanyi kondang, seperti Iggy Pop, Elly Jackson, La Roux, dan Brandon Flowers. Dan kembalinya mereka pun mendapatkan respons positif dari pasar. Dan mereka pun meluncurkan album remix mereka di beri nama "Complete Music" di tahun 2016.

Rabu, 26 Oktober 2016

The Tears - Here Come the Tears


Bagi penggemar fans Suede, pasti sudah tahu akan keberadaan band The Tears. Meski cukup aneh, namun history awal kemunculan band ini sangat menarik untuk dilihat hingga akhirnya bisa mengeluarkan album ini.

Sedikit sejarah mengenai band ini. Band ini dibentuk pada tahun 2004, dimana pada saat itu Suede memang memutuskan untuk vakum. Sebelum band ini terbentuk, awalnya Brett Anderson, sang vokalis kemudian meminta kontak telepon Bernard Butler, sang gitaris kepada manager Suede selepas konser Suede yang terakhir. Mereka berdua dahulunya adalah anggota dari grup musik Suede. Namun pada tahun 1994, Bernard Butler memutuskan untuk keluar dari Suede setelah berseteru dengan Anderson pada saat pengerjaan album "Dog Man Star". Dan sejak saat itulah, Anderson dan Butler tak pernah berkomunikasi sama sekali. Berselang 9 tahun, tepatnya pada tahun 2003, Anderson dan Butler akhirnya berbicara lewat telepon untuk membicarakan sesuatu yang baru.

Kemudian akhirnya mulailah nama The Tears muncul, yang namanya diambil dari kata-kata sebuah novel ciptaan Philip Larkin. The Tears beranggotakan Brett Anderson sebagai vokalis, Bernard Butler sebagai gitaris dan backing vokal, kemudian Bernard Butler mengajak 3 anggota lainnya yang merupakan pengiring band untuk Bernard Butler, yaitu Will Foster sebagai kibordis, Nathan Fisher sebagai bassis, dan Makoto Sakamoto sebagai drummer. Pendek kata, The Tears adalah band kolaborasi antara Anderson dan Butler.

Pada saat album ini muncul, pastilah ekspektasi banyak orang begitu tinggi akan album ini, mengingat kolaborasi antara Anderson dan Butler sangat diagungkan oleh fans semasa mereka berdua di Suede. Dan boleh dibilang, album ini bisa menjadi album yang berpotensi untuk The Tears bisa sukses di masa depan. Karena rata-rata album "Here Come the Tears" ini terasa jauh lebih fresh ketimbang Suede yang mencoba lebih menekankan unsur artistik. Dan memang sejak awal, Anderson menegaskan bahwa The Tears tidak mencoba untuk membangkitkan nuansa Suede, baik album ini maupun pada saat mereka live.

Hasilnya album ini sangatlah sukses, dan hampir seluruh fans Suede sangat menerima keberadaan album ini. Namun kesuksesan mereka sangatlah singkat. Pada tahun 2006, The Tears memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi sebagai band yang utuh alias bubar. Salah satunya dikarenakan Brett Anderson memutuskan untuk fokus di solo kariernya yang memang sudah ia rencanakan pada saat tour untuk promosi album ini. Serta Bernard Butler memutuskan untuk mundur dari dunia panggung musik dan ingin fokus di balik layar sebagai produser. Memang sangat disayangkan karena kemunculan album mereka ini boleh dibilang sangat potensial untuk mereka bisa sukses di masa depan. Pada tahun 2007 sempat berhembus kabar bahwa The Tears akan kembali muncul dengan album kedua mereka. Namun sayangnya itu semua hanyalah sebuah isapan jempol karena semua personel membantahnya.

Itulah sedikit sejarah band ini. Saatnya kita membahas albumnya lebih mendalam. "Here Come the Tears" dirilis pada tanggal 6 Juni 2005. Di album ini, The Tears memasukkan 13 buah lagu. Dan hasilnya janji Brett Anderson memang benar, The Tears mencoba untuk keluar dari karakter Suede yang sudah melekat erat pada Anderson dan Butler. Dan album ini boleh dibilang sebagai transformasi mereka untuk bisa tampil berbeda. Album ini di produseri oleh Bernard Butler, sang gitaris.

Dari 13 buah lagu yang dimasukkan, The Tears memilih 2 lagu sebagai hits single mereka untuk album ini. Pertama yaitu "Refugees". Lagu ini boleh dibilang sangat kental dengan nuansa lagu Bernard Butler selama dirinya berkarier sebagai penyanyi solo. Namun The Tears sangat pintar dalam meracik lagu, dimana mereka tidak memasukkan pure 100% nuansa Bernard Butler di lagu ini. Dan lagu ini terdengar sangat fresh, namun tetap mematok unsur bertemakan cinta sebagai liriknya, sama seperti pendahulunya di Suede. Dan single ini pun sangatlah sukses di chart musik Britania Raya, dan berada di urutan Top 10 selama beberapa minggu.

Kemudian, disusul dengan single "Lovers". Lagu ini memiliki nuansa yang sangat timpang jika dibandingkan dengan "Refugees". Nuansa yang coba ditampilkan di album ini lebih dark, namun tidak ada sama sekali unsur Suede di lagu ini. Lagu ini memang memiliki hasil yang tidak sebaik "Refugees", hanya berada di urutan nomor 24 di chart musik Britania Raya.

Dan 11 lagu lainnya, boleh dibilang juga sangat fresh dan tetap ada unsur dark. Namun itu semua membuat The Tears sangat berinovasi dari segi musikalitas dan liriknya di album ini. Namun ada satu hal yang dirasa kurang begitu menyenangkan untuk di dengar. Yaitu suara yang dihasilkannya cenderung seperi musik mentah yang belum dipoles secara sempurna. Seharusnya, sang produser Bernard Butler bisa lebih baik untuk menyajikan sound yang lebih baik untuk di dengar. Namun itu semua benar - benar tertutup dengan nuansa lagunya yang sangat fresh di album ini.


Daftar Lagu:
1. Refugees
2. Autograph
3. Co-Star
4. Imperfection
5. The Ghost of You
6. Two Creatures
7. Lovers
8. Fallen Idol
9. Brave New Century
10. Beautiful Pain
11. The Asylum
12. Apollo 13
13. A Love As Strong As Death

Jumat, 21 Oktober 2016

5 Album Pop & Rock Terbaik 2016

Tahun 2016 memang tahun penuh kejutan. Bukan hanya musisi-musisi baru saja berusaha untuk memberikan yang terbaik ditahun ini, namun musisi-musisi era jadul pun juga tak mau luput dari hingar bingar musisi baru yang mulai bertebaran.

Meskipun 2016 belum berakhir, namun sudah 10 bulan musik dunia dikacaukan oleh banyaknya album yang keluar di tahun 2016 ini. Dari sederet nama - nama yang ada, akhirnya saya pun memilih 5 album terbaik versi saya. Let's get start it !!

5. Richard Ashcroft - These People


Nomor urutan 5 saya isi oleh album terbaru dari mantan vokalis The Verve, Richard Ashcroft. Tahun 2016, Richard mengeluarkan album "These People" sebagai album kelimanya. Setelah melewati masa vakumnya selama 6 tahun sejak album terakhirnya dirilis ditahun 2010, Richard mencoba bangkit kembali dengan image seperti pendahulunya.

Namun bukan Richard Ashcroft namanya yang semakin kedepan tetap "stuck", di album ini Richard mencoba dengan nuansa barunya yaitu electro-pop. Dan sembari tetap membawa image britpop nya sendiri pendahulu, album ini boleh saya bilang sebagai salah satu album terkompleks yang pernah saya dengar.

Namun, bukan berarti album ini sempurna dan bebas dari cela. Tetap sama seperti album-album sebelumnya, Richard Ashcroft tetap tidak mau membangkitkan nuansa The Verve yang memang sudah melekat kuat dan tidak pernah bisa dilepas olehnya. Serta terkadang suara yang dihasilkan cenderung terlalu mellow dan sulit untuk menemukan suasana semangatnya yang lagi-lagi juga melekat di gaya Ashcroft. Maka dari itu, saya menempatkan album ini diposisi nomor 5.

4. Travis - Everything at Once


Nomor urutan 4 saya isi oleh album terbaru Travis. Tahun 2016, Travis meluncurkan album "Everything at Once". Band yang menjadi inspirasi band Coldplay dalam bermusik ini tetap membawa suasana riang dan gembira seperti layaknya album Travis lainnya.

Tapi entah mengapa ada sesuatu yang hilang di album ini. Dan itu sangat sulit untuk saya temukan, namun yang paling mencolok adalah nuansa megah nya yang hilang dan itu terjadi di album kelima mereka "The Boy With No Name" yang mencoba lebih sederhana. Dan oleh karena itu, saya tempatkan album Travis terbaru ini di nomor 4.

3. Tom Chaplin - The Wave


Nomor urutan 3 saya isi oleh album terbaru vokalis Keane, Tom Chaplin. Meski terhitung cukup baru dirilis, namun sebelum dirilisnya album ini, banyak netizen terutama fans Keane yang sudah menunggu album ini, mengingat Tom Chaplin tidak merilis album satupun selama 3 tahun sejak Keane memutuskan untuk vakum di tahun 2013.

Dan dengan hal itu, pastinya ekspektasi fans Keane untuk album ini begitu tinggi. Pada saat album ini muncul, saya berharap ada nuansa Keane yang kental dialbum ini, tapi saya salah. Album ini justru memunculkan nuansa mellow dari denting piano hampir diseluruh lagunya. Meski tak menampik, tetap ada nuansa fun di album ini. Akan tetapi, hampir 90% di album ini bernuansa mellow, namun kalem. Jadi saya menempatkan album yang paling fresh dari semua yang ada di list pada nomor 3.

2. Radiohead - A Moon Shaped Pool


Nomor urutan 2 saya isi oleh album terbaru Radiohead, "A Moon Shaped Pool". Album ini menjadi penantian fans Radiohead yang sudah menunggu selama 5 tahun sejak terakhir meluncurkan album "The King of Limbs" di tahun 2011.

Memang sudah banyak isu bermunculan bahwa Radiohead akan meluncurkan album terbaru tahun-tahun sebelumnya, namun semua personel Radiohead selalu menampiknya. Namun itu hal yang logis, mengingat semua personel Radiohead sibuk dengan "mainan" mereka. Seperti Thom Yorke sibuk dengan band barunya "Atoms for Peace" dan sibuk dengan solo kariernya serta Jonny Greenwood ingin memperdalam musik orchestra dan sang drummer Phil Selway sibuk dengan solo kariernya juga. Jadi wajar saja, Radiohead tak pernah terurus dalam jangka waktu yang lama.

Namun pada akhir bulan April 2016, netizen dikejutkan dengan Radiohead menghapus semua konten yang ada di sosial media mereka, baik Facebook, Twitter, Instagram, dll. Tidak ada yang terpikir bahwa Radiohead akan memunculkan sesuatu, pada tanggal 3 Mei 2016 mereka merilis video klip single terbaru mereka "Burn the Witch" serta single lagunya di situs streaming musik, dan kemudian pada tanggal 6 Mei dengan single mereka "Daydreaming". Serta yang paling mengejutkan adalah pada 8 Mei merupakan rilisnya album terbaru mereka ini.

Hal ini sedikit mengingatkan saya dimana Radiohead pada saat meluncurkan album "Kid A" di tahun 2000, mereka memutuskan untuk tidak mengeluarkan single apapun. Dan inilah memang istimewanya Radiohead dalam meluncurkan karya terbaru mereka. Selalu ada kejutan dan selalu tidak masuk di akal.

Dan hasil dari album ini pun sebanding lamanya waktu menunggu, Sempurna & Artistik. Nuansa hollow dan artistik ala "Kid A-Amnesiac" lebih kental terasa di album ini. Jadi itulah 2 kata yang mencirikan album jenius ini.

1. Suede - Night Thoughts


Dan akhirnya nomor 1 saya isi dengan album terbaru Suede, "Night Thoughts". Tak perlu saya menjelaskan panjang lebar betapa hebatnya album ini. Album ini sangat membaik dari segala sisi, baik permainan musiknya dan cara mereka menggubah lagu di album ini seakan kita langsung merasakannya. Sehingga ini adalah album Suede terbaik yang pernah dibuat.

Album ini hadir dalam 2 versi, yaitu musik dan dalam bentuk film. Filmnya sendiri juga sangat impresif dan memang menyambung satu sama lain dengan lirik yang ada. Dan itulah mengapa, saya menempatkan album ini di urutan pertama.

Itulah 5 album pop & rock yang menurut saya terbaik sejauh ini di tahun 2016. Dan daftar di atas bisa saja berubah, seiring dengan akan adanya lagi album terbaru yang diluncurkan dalam waktu kedepan di tahun 2016 ini.

Sabtu, 11 Juni 2016

Blur - 13

Blur adalah salah satu band pelopor britpop di era 90-an bahkan hingga saat ini. Banyak karya - karya yang sudah dikeluarkan oleh band satu ini dan selalu mengundang perhatian banyak publik di seluruh dunia.

Dari ketujuh album yang pernah dirilis, ada satu album menurut saya adalah album Blur terjenius dan terhebat yang pernah dibuat. 13, adalah albumnya. Dan album ini adalah album keenam dari Blur dan dirilis tahun 1999. Pertama mendengar nama albumnya memang agak terasa tidak begitu menggugah, namun setelah mendengar seluruh isinya ekspetasi saya langsung berubah. Album ini langsung saya jadikan sebagai album terjenius Blur yang pernah dibuat.

Di album ini, Blur masih kembali dengan sifat garangnya yang memang sudah dibawa sejak album kelima mereka, self titled (Blur) yang dirilis pada tahun 1997. Ketika era itu, memang musik britpop sudah mulai melebur seiring banyaknya genre yang tumbuh di dunia musik. Maka dari itu, Blur memiliki tuntutan yang tinggi untuk bisa "move on" dari genre Britpop nya yang sudah kental sejak mereka memulai kariernya dari album Leisure hingga The Great Escape. Alhasil, jadilah album 13.

Kalau boleh beritahu, dalam wawancara mereka di film No Distance Left to Run yang dirilis tahun 2010, Blur bilang bahwa album ini adalah album perpecahan Blur sepanjang karier mereka. Dan itu memang benar. Sejak putusnya Damon Albarn sang vokalis dari Justine Frischmann (vokalis Elastica), Damon memang sering mengalami konflik dengan Graham Coxon sang gitaris, yang membuat mereka terpecah selama proses pembuatan. Akhirnya konflik ini berbuntut panjang hingga akhirnya tahun 2002, Coxon memutuskan keluar karena merasa muak dengan sikap Damon yang arogan. Di album ini, Blur bekerjasama dengan William Orbit sebagai produser untuk menggantikan Stephen Street yang sudah memproduseri kelima album Blur sebelumnya.

Itu sekilas dari pembuatan album ini. Album ini sebenarnya adalah hasil curahan hati dari Damon Albarn yang sudah putus dari Justine Frischmann pada Agustus 1998. 2 lagu dari album ini adalah lagu curahan hati Damon. Yaitu "Tender" dan "No Distance Left to Run" yang akan saya jelaskan lebih rinci lagi setelah ini. Dan kedua lagu diatas merupakan 2 hits single dari album ini.

Album ini dibuka dengan "Tender". Lagu ini menurut saya adalah lagu Blur yang paling melankolis  yang pernah dibuat. Kalau kebanyakan lagu - lagu Blur di album sebelumnya bernuansa ceria, maka lagu ini penuh dengan suasana sedih dan curahan hati Damon Albarn juga benar - benar ngena banget.

Kemudian dilanjutkan dengan "Bugman". Disinilah sisi kejeniusan Blur dipertunjukan. Dengan genre experimental rock yang kuat serta beberapa efek yang aneh - aneh ditambah pula dengan gitar Coxon yang cadas, membuat lagu ini terasa garang dan mungkin bisa jadi ini adalah lagu Blur tergarang yang pernah dibuat.

Album ini dilanjutkan dengan "Coffee and TV", salah satu hits single juga di album ini. Album ini kembali ke jati diri mereka sebagai band britpop. Lagu ini pun memperkenalkan ciri baru Blur yang jadi ciri Blur yang lain adalah kotak susu dengan gambar Coxon di bagian sisi kanan. Video klip ini memiliki makna kegalauan keluarga Coxon karena Coxon tak pulang - pulang. Akhirnya yang mencari Coxon pun adalah kotak susu itu. Sampai pada akhirnya kotak susu ini menemui Coxon meski harus berjuang keras untuk mencarinya. Namun tragis akhirnya Coxon menimum susu dari kotak susu itu dan menjadi malaikat dibagian akhir video klipnya. Video klip lagu ini menjadi salah satu video klip terhits di ajang MTV Awards tahun 1999. Kemudian lagu ini diakhiri pula dengan satu hidden track berdurasi 40 detik.

Album ini berlanjut dengan lagu "Swamp Song". Pada awalnya saya berpikir kalau Blur mengaransemen lagu ini karena judulnya sendiri mirip dengan "Swamp Song" milik Oasis. Ternyata berbeda sama sekali. Lirik serta aransemen musiknya benar - benar jauh berbeda dari pada milik Oasis. Kekuatan experimental rock ala Radiohead pun kental terasa di lagu ini dan didukung dengan efek yang aneh serta cadasnya gitar Coxon.

Kemudian album ini lanjut dengan "1992". Sebenarnya saya agak bingung kenapa lagu ini diberi judul tersebut. Ternyata, setelah saya membaca banyak sumber di internet, ternyata lagu ini adalah lagu demo milik Albarn yang sudah direkam tahun 1992 dan baru ditemukan demo lagu tersebut 6 tahun kemudian. Lagu nya sendiri bernuansa mellow tak seperti "Bugman" dan "Swamp Song" yang cenderung ingin "Keras". Namun tetap lagu ini memiliki efek yang saya kira tidak akan banyak band yang berani melakukan hal ini.

Album ini kemudian dilanjutkan dengan "B.L.U.R.E.M.I.". Sebenarnya saya juga sama bingungnya mengapa lagu tersebut diberi judul seperti ini. Kali saya tidak mendapat sumber mengapa lagu ini diberi judul tersebut. Nuansa punk rock dibawa ke lagu ini dengan cadasnya gitar Coxon yang membuat lagu ini terasa seperti "Berantakan". Sama seperti "Coffee and TV", lagu ini diakhiri dengan hidden track berdurasi 45 detik.

Lagu selanjutnya adalah "Battle". Lagu ini bernuansa mellow namun dengan beat yang saya rasa hampir mendekati dengan beat "Keras". Gitar Coxon yang cadas pun ditambah dengan efek yang aneh - aneh ini membuat lagu ini adalah salah satu lagu yang saya suka dari album ini. Sama dengan "Coffee and TV" dan "B.L.U.R.E.M.I.", lagu ini diakhiri dengan hidden track berdurasi 1 menit 10 detik.

"Mellow Song" adalah lagu selanjutnya dari album ini. Sama seperti judulnya, lagu ini bernuansa mellow. Di lagu ini juga mereka tidak mau terlalu muluk - muluk untuk bisa seperti lagu lainnya.

"Trailerpark" menjadi lagu selanjutnya. Dimulai dengan drum loop, kemudian ketika masuk lagunya, sama seperti "Mellow Song" lagu ini berusaha untuk tidak garang seperti lagu lainnya.


Kemudian album ini berlanjut dengan lagu "Caramel". Nuansa mellow di awal lagu benar - benar kental terasa dengan alunan gitar yang terasa crunchy membuat lagu ini menjadi salah satu lagu masterpiece Blur di album ini. Kemudian masuk ke bagian tengah dari lagu ini akan terasa bahwa anda akan dibawa ke dimensi yang berbeda. Sama seperti "Coffee and TV", "B.L.U.R.E.M.I." dan "Battle", lagu ini diakhiri dengan hidden track. Namun bedanya, hidden track dari lagu ini ada 2 buah.

Kemudian dilanjutkan dengan "Trimm Trabb", diawali dengan keyboard yang kompleks ala Damon, kemudian masuk lagunya terkesan biasa saja seperti aransemen di lagu lainnya, namun ketika masuk dibagian tengah hingga akhir, lagi-lagi kejeniusan Blur keluar. Mereka tetap ingin memberikan hal "Keras" dilagu ini seperti "Bugman", "Swamp Song" dan "B.L.U.R.E.M.I.".

Album ini berlanjut dengan lagu "No Distance Left to Run". Nuansa melankolis kembali ditunjukkan. Liriknya seperti lagu "Tender", menceritakan tentang curahan hati Damon tentang momen putusnya dari "Justine Frischmann". Lagu ini memadukan antara art rock dengan sedikit genre britpop di lagu ini.

Dan album ini diakhiri dengan lagu instrumen yang sudah menjadi kebiasaan mereka sejak album kedua mereka. Lagu "Optigan 1", dimana Damon memainkan keyboard optigan dengan aransemen seperti lagu klasik era 50-an.